SinarHarapan.id-Sebuah jingle (lagu) yang kerap muncul dan terdengar kala promosi produk tersebut muncul di jeda acara, baik televisi, radio bahkan surat kabar era 80-90an mengenai perjalanan seseorang agar terhindar dari mabuk darat, laut dan udara, hingga kini pun produknya tetap eksis.
Eksistensinya bahkan berhasil menjadi penopang bisnis utamanya pada usianya di 50 tahun, yakni Antimo.
Antimo diproduksi oleh PT Phapros Tbk (PEHA), salah satu anggota Holding BUMN Farmasi yang merupakan anak usaha dari PT Kimia Farma Tbk (KAEF), telah eksis selama hampir setengah abad, menjadi living legend brand Indonesia.
Di momen terbaiknya ini, Antimo- Phapros melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan para stakeholders seperti PT KAI (Persero), PT PELNI (Persero), Perum DAMRI, dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).
Kerja sama ini juga menjadi bentuk sinergi dan penguatan aspek core business dari masing-masing BUMN, khususnya terkait engagement dan positioning bagi traveller lintas generasi yang menjadi pelanggan utama, baik melalui branding ataupun aktivitas lain ke depannya.
“Salah satu faktor keberhasilan mempertahankan Antimo selama setengah abad ini karena perusahaan tetap fokus menyasar segmen travel convenience, yaitu masyarakat Indonesia yang sering mengalami motion sickness (mabuk perjalanan)”, jelas Direktur Pemasaran Phapros Imelda Alini Pohan.(19/10/2022)
Bahkan produk ini menjadi salah satu tulang punggung perusahaan dan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja penjualan Phapros, imbuhnya.
“Kami berhasil membukukan pertumbuhan penjualan hingga lebih dari 100 persen pada semester I tahun ini, apalagi sejak dibukanya kembali pariwisata dan mudik lebaran. Ke depannya, Phapros akan terus melakukan ekspansi pasar,” ungkap Imelda.
Sebagai produk yang menguasai lebih dari 90 persen pasar obat anti mabuk perjalanan di Indonesia, Imelda mengatakan bahwa kinerja Antimo sangat berkaitan erat dengan industri pariwisata. Saat ini kaum milenial menguasai pasar wisata baik di Indonesia maupun global.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata (Kemenpar), wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Diproyeksikan pada 2030 mendatang, 57 persen pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial yang berusia antara 15-34 tahun.
Mereka akan menjadi pangsa pasar bagi Antimo di tahun 2023 nanti. Kami akan meluncurkan beberapa produk baru dari kategori yang sama dengan bentuk sediaan yang inovatif sehingga bisa memenuhi kebutuhan wisatawan mulai dari anak-anak, orang tua, generasi Z dan milenial,” sambungnya.
Imelda melanjutkan, bertahannya Antimo sebagai market leader merupakan hasil dari kemampuan beradaptasi Phapros terhadap perkembangan zaman yang meliputi tren konsumen, kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di industri obat-obatan.
“Perusahaan akan terus melakukan perluasan pasar secara agresif dengan menggandeng mitra-mitra distributor untuk masuk ke daerah-daerah di mana penetrasi produk Phapros masih rendah,” sambungnya.
Pada tahun 2023 mendatang, Phapros akan tetap fokus pada inovasi produk baru dan efisiensi, termasuk menjadikan commercial excellence, operational excellence, financial excellence, dan digitalisasi sebagai bagian dari strategi lanjutan dari tahun ini.
Acara ini juga merupakan puncak dari serangkaian kegiatan sosial yang telah berlangsung sebelumnya, seperti pemberian bantuan biaya perawatan bagi pasien hidrosefalus bekerja sama dengan Yayasan Anne Avantie serta pemberian bantuan pendidikan kepada siswa-siswi SD di beberapa pulau terluar di Indonesia.