SinarHarapan.id – Bupati Merauke Romanus Mbaraka mengingatkan seluruh petani yang ada di daerah ini untuk tidak sembarang membawa benih dari luar Merauke tanpa melalui pemeriksaan karentina. Pasalnya, benih yang tidak melalui pemeriksaan tersebut bisa membawa penyakit yang justru akan merugikan petani sendiri.
Menurutnya, gagal panen yang dialami petani dalam dua tahun terakhir ini selain karena masalah musim hujan yang ekstrim juga menggunakan benih yang tidak tersertifikasi. Kemudian tidak menggunakan pupuk sembarang.
‘’Sekarang banyak promosi pupuk. Saya ingatkan sebelum menggunakan pupuk sebaiknya komunikasi dulu dengan dinas Pertanian. Juga yang sering bawa bibit padi dari luar, agar dicek di karantina, karena bibit itu bisa membawa penyakit,’’katanya, saat melaunching sekolah lapang budidaya terpadu ditandai dengan penanam padi dengan menggunakan mesin penanam di SP 3 Tanah Miring, Merauke-Papua Selatan, Sabtu (12/8/2023).
Untuk itu,Romanus meminta petani untuk mengikuti intruksi pemerintah.Pastinya pemerintah bertanggung jawab dalam memberikan benih dan menyalurkan pupuk. ‘’Kalau anda datangkan sendiri-sendiri, maka resikonya akan berdampak pada seluruh wilayah kita,’’ jelasnya.
Petani juga diingatkan untuk tidak terus menggenjot mengolah lahan, karena menurutnya, tanah kalau terus diolah akan ada titik atau masa jenuhnya. Apalagi di dua tahun terakhir ini terjadi musim hujan yang cukup ekstrim, sehingga berbagai penyakit muncul yang berujung petani gagal panen.
Ia juga sangat mendukung diaktifkannya kembali sekolah lapangan yang pada periode pertama sudah berjalan, namun kemudian hilang. Mudah-mudahan dengan diaktifkannya kembali sekolah lapang ini, produksi padi kita kembali meningkat.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke Agustinus Yoga Priyanto mengungkapkan pembentukan dan pengaktifan kembali sekolah lapangan ini sehubungan dengan menurunnya produksi pertanian khususnya padi dalam dua tahun terakhir yang sangat signifikan.
‘’Kami berpikir bahwa sebaiknya sekolah lapang ini kami hidupkan kembali. Kami harapkan, sekolah lapang ini dapat menjadi media untuk saling tukar pikiran antara sesama petani, juga petani bisa mendapatkan berbagai informasi sesuai dengan keadaan spesifik di lapangan. Karena kondisi di lapangan sangat berbeda sehingga melalui sekolah lapang ini petani mulai belajar mengukur pertama kondisi air, tanah, lalu iklim sehingga dapat menentukan paket teknologi kedepan,’’ jelasnya.
Ditambahkannya, di dalam sekolah lapang ini terintegrasi berbagai lembaga dan ahli dibidangnya, seperti pengamat penyakit, BMKG, berbagai stakeholder pertanian termasuk pupuk Indonesia.
‘’Kami harapkan kolaborasi antara petani dengan rumpun pertanian. Mari, kita bergandengan tangan, mari kita angkat kembali pertanian khususnya padi,’’ tambahnya. SHID/Elv/InfoPublik.id