SinarHarapan.id-PT Permodalan Nasional Madani (PNM Persero) berhasil meraih penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas terselenggaranya Webinar Sustainable Development Goals (SDG’s) tentang Pendidikan Berkualitas, Pekerjaan Layak, dan Pertumbuhan Ekonomi dengan peserta perempuan terbanyak.
30 ribu nasabah Mekaar dari seluruh daerah di Indonesia ikut serta Dalam webinar tersebut.
Penyerahan penghargaan tersebut diterima oleh Direktur Operasional PT. PNM, Sunar Basuki dan diserahkan oleh Customer Relation Manager MURI, Andre Purwandono, di Kantor Pusat PNM, di Gedung Menara Taspen, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2022)
Sunar Basuki mengatakan, PNM sebagai lembaga jasa keuangan hadir di tengah masyarakat untuk memberi pemberdayaan kepada para ibu. Peran tersebut tidak mungkin dilakukan oleh lembaga keuangan lain.
“Kami dari PNM memberikan tiga modal, yaitu modal finansial, modal intelektual dan modal sosial. Modal finansial merupakan program modal usaha tanpa jaminan pinjaman dan bersifat kelompok serta mempunyai sistem tertanggung. Modal intelektual merupakan program PKU melalui pelatihan yang diberikan kepada nasabah untuk bisa upgrade dan berkembang sehingga bisa naik kelas dan mandiri. Modal sosial merupakan program pelatihan kepada nasabah agar dapat berinteraksi dan melakukan pertukaran bisnis ekonomi dalam satu ekosistem, dengan tujuan mendorong para nasabah agar mampu memberdayakan masyarakat di sekitar mereka,” ujarnya.
Sunar mengatakan, ada 10 ribu pelatihan dan pertemuan yang akan digelar tahun ini. Pelatihan tersebut menyasar hampir 13 juta peserta program Mekaar dari 120 juta nasabah yang ditargetkan hingga tahun 2024.
Andre Purwandono mengatakan rektor MURI yang dicapai hari ini akan dicatat untuk rekor dunia.
Acara pemberian penghargaan MURI tersebut diawali dengan webinar bertema “Pendidikan Berkualitas, Pekerjaan Layak, Dan Pertumbuhan Ekonomi”.
Acara ini diikuti oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, yang memberi kata pembukaan, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, yang memberi kata penutup, serta para pembicara yaitu Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi dan Jurnalis, Pendiri Narasi, Penggiat Literasi, Najwa Shihab.
Friderica membahas tentang pentingnya inklusi keuangan. Hal ini sangat penting, katanya, karena membantu ibu-ibu dalam menjalankan bisnis secara aman, dan legal.
Dia mengungkakan, berdasarkan survei OJK, terdapat 38 persen untuk tingkat literasi, sedangkan untuk inklusi keuangan mencapai 76 persen. “Jadi ada gap antara keduanya. Itu berarti banyak orang yang sudah menggunakan jasa keuangan tapi belum mengerti artinya dan apa saja penggunaannnya,” ujarnya.
Kondisi tersebut, katanya, sangat berbahaya karena bisa menimbulkan isu terkait layanan keuangan. “Karena itu, ibu-ibu harus mengerti dan mempunyai literasi terhadap produk keuangan,” ujarnya.
Pada akhir pembahasaannya, Friderica memberi tips sebelum menggunakan produk dan layanan keuangan. “Tipsnya yaitu harus memenuhi prinsip 2L, yaitu legal dan logis yaitu keuntungannya tidak wajar, menggunakan public figure, member get member, legalitas tidak jelas dan klaim tanpa risiko,” ujarnya.
Dalam closing statementnya, Friderica mengajak para ibu preneur agar selalu memiliki semangat untuk menjemput masa depan yang lebih baik.
Sementara itu, Najwa Shihab memberi pemaparan terkait literasi membaca. Dia mengatakan, literasi membaca itu bukan sekadar kemampuan membaca. Literasi membaca itu adalah kemampuan bernalar, berpikir, dan memanfaatkan apa yang kita baca untuk kehidupan kita yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Najwa, literasi membaca harus disertai dengan pertama, adanya kesadaran data (Data Awaraness), kedua, kemampuan menganalisa data dan membuat keputusan, dan ketiga, kemapuan untuk fokus (deep work).
Terhadap pertanyaan seorang ibu dari Makassar yang menanyakan cara untuk meningkatkan minat dan fokus membaca dalam diri anaknya, Najwa memberi tips berikut ini.
Pertama, orang tua harus juga rajin membaca, karena contoh adalah guru yang terbaik.
Kedua, jangan membatasi anak dalam membaca. “Jadi bebaskan anak membaca apa saja, dan itu bisa melatih anak dalam membaca,” ujarnya.
Ketiga, cari buku yang menjadi hobi sang anak. Misalnya anaknya hobi bermain bola, maka carilah buku tentang bermain bola.
Keempat, baca itu harus dijadwalkan. Orang tua harus mengalokasikan waktu bagi anaknya untuk membaca dan dapat terus ditingkatkan.