SinarHarapan.id – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, kinerja ekspor produk sawit Indonesia ke sejumlah negara importir seperti China, India, Afrika, Amerika Serikat dan Bangladesh mengalami kenaikan pada tahun 2023 lalu. Sementara, ekspor untuk tujuan Uni Eropa dan Pakistan menurun.
Dalam catatan Gapki, China menjadi negara importir utama dari minyak sawit Indonesia. Permintaan minyak sawit dari Negeri Tirai Bambu itu tembus 7,7 juta ton dibandingkan tahun 2022 sebesar 6,2 juta ton. Setelah China, India menjadi tujuan ekspor minyak sawit selanjutnya dengan volume 5,9 juta ton dari tahun sebelumnya 5,5 juta ton. Lalu, Afrika tercatat menjadi 4,2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya 3,1 juta ton.
“China importir terbesar minyak sawit Indonesia saat ini. Kita berharap bisa bertahan di angka 7,7 juta ton dan syukur-syukur bisa ke angka di tahun 2019 (8 juta ton),” kata Ketua Umum Gapki, Eddy Martono dalam konferensi pers, Selasa (27/2/2023).
Kemudian, Amerika Serikat mencapai 2,5 juta ton, di mana tahun sebelumnya mencapai 2,2 juta ton. Terakhir, Bangladesh 1,39 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 1,35 juta ton. Kinerja ekspor sawit tahun untuk Uni Eropa mengalami penurunan menjadi 3,7 juta ton dari tahun sebelumnya 4,1 juta ton. Malaysia juga mengalami penurunan menjadi 1,3 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya 1,9 juta ton.
Eddy menambahkan, ekspor kelapa sawit Indonesia tahun ini masih dihadapi berbagai tantangan. Dari sisi global, lanjutnya, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju.
“Amerika Serikat masih dilanda inflasi di atas target. China sebagai konsumen terbesar juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca covid-19. Begitu juga dengan Eropa yang kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi,” ujarnya.
Sumber: StockReview.id