SinarHarapan.id – Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia Abdulla Salem Al-Dhaheri menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Pengalaman UEA dalam Memajukan Kecerdasan Buatan (AI) dan Teknologi” di aula Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Senin (9/9).
Dubes AlDhaheri memaparkan pencapaian UEA di bidang teknologi canggih.
“Laporan tahunan terbaru Indeks Teknologi PBB menempatkan UEA sebagai negara Arab terdepan sebagai bukti komitmen UEA untuk tampil sebagai pusat teknologi dan inovasi global,” kata Dubes UEA pada acara yang dihadiri Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, Rektor Universitas, para mahasiswa dan civitas akademika tersebut.
Di awal pidatonya, Dubes Al-Dhaheri menyoroti kemajuan hubungan bilateral yang dicapai antara UEA dan Indonesia sejak terbentuknya hubungan diplomatik resmi di antara kedua negara pada 47 tahun silam.
Hubungan bilateral ini terjalin dalam berbagai bidang, mencakup pendidikan, ekonomi, agama, kesehatan, lingkungan, energi, infrastruktur, pertanian, dan ketahanan pangan, dan lainnya.
Hubungan bilateral ini semakin diperkuat oleh kunjungan timbal balik antara kedua kepala negara.
Yang terbaru, adalah kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke UEA dimana dia dianugerahi penghargaan Order of Zayed oleh Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan sebagai bentuk pengakuan atas upaya Jokowi memperkuat hubungan bilateral sekaligus penghormatan tertinggi UEA terhadap bangsa Indonesia.
Keputusan UEA untuk berinvestasi dan menciptakan ekonomi yang dinamis yang didorong oleh pengetahuan dan inovasi telah terbukti penting bagi UEA untuk mengambil langkah signifikan di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, energi nuklir, dan luar angkasa.
Hanya dalam beberapa tahun, UEA telah berfokus pada penelitian ilmiah, memperkuat posisi globalnya dalam riset dan pengembangan, dan muncul sebagai pemimpin dalam bidang-bidang tertentu yang sebelumnya didominasi oleh negara-negara maju.
Setelah pembentukan Badan Antariksa UEA pada tahun Tahun 2014, UEA telah mencapai banyak prestasi sejak memasuki arena eksplorasi ruang angkasa global, termasuk keberhasilan tim yang terdiri dari 200 insinyur UEA untuk mengirim misi antarplanet Arab pertama ke Mars. Saat ini, UEA memiliki sektor ruang angkasa aktif terbesar di Teluk dan Timur Tengah.
Dalam bidang energi, tenaga nuklir telah muncul sebagai teknologi yang aman, bersih, dan terbukti bagi UEA.
Program energi nuklir sipil UEA merupakan landasan Strategi Energi UEA 2050, yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon emisi karbon dioksida sebesar 70 persen, meningkatkan ketergantungan energi bersih hingga 50 persen, dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi sekitar 40 persen pada pertengahan abad.
Pada Februari 2020, Otoritas Federal untuk Regulasi Nuklir memberikan lisensi operasi untuk unit pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah.
Industri penerbangan UEA juga terus berkembang pesat. Hal ini terbukti dari kemajuan yang dicapai oleh sektor penerbangan sipil dan militer UEA yang mengembangkan komponen untuk pesawat terbang modern melalui kemitraan dengan produsen Eropa dan Amerika.
Pencapaian penting lainnya di sektor ini adalah pembuatan pesawat nirawak UEA pertama oleh ADCO Systems yang dilanjutkan oleh oleh Strata and Dubai Aerospace Industries.
Pada Oktober 2017, UEA menjadi negara pertama yang meluncurkan Strategi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) Nasional. Hanya beberapa hari setelah Strategi AI diluncurkan, Omar Sultan Al Olama ditunjuk sebagai Menteri Kecerdasan Buatan pertama di dunia.
Pada Oktober 2019, didirikan pula Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI) pada Oktober 2019.
Sebagai universitas pertama di dunia yang mengkhususkan diri dalam penelitian AI, MBZUAI sejalan dengan ambisi UEA untuk mengembangkan ekonomi pasca-minyak yang digerakkan oleh pengetahuan dan teknologi canggih.
Pada tahun 2030, diperkirakan AI akan menyumbang USD 15,7 triliun bagi ekonomi global, meningkatkan PDB UEA hingga 35 persen dan mengurangi biaya pemerintah hingga 50 persen. Saat ini, UEA memiliki 120 ribu pekerja AI, berbanding 30 ribbu pada dua tahun lalu.
“Kami berharap bahwa dampak sektor AI dalam ekonomi nasional kami akan terus meningkat, terutama setelah diluncurkannya Cetak Biru Universal Dubai untuk Kecerdasan Buatan (Dubai Universal Blueprint for Artificial Intelligence),” ujar Dubes Al-Dhaheri.
Ia menambahkan, inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas bisnis hingga 50 persen dan menumbuhkan ekonomi hingga USD 27 miliar melalui penggunaan AI.
Di akhir pidatonya, Dubes UEA mengajak Indonesia untuk berkolaborasi dimana kedua negara memiliki visi yang sama dalam memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.
“Kami yakin bahwa dengan menggabungkan kekuatan sumber daya alam Indonesia yang kaya dan sektor teknologi yang sedang berkembang, dengan visi dan keahlian UEA dalam teknologi canggih, kita dapat menjalin kemitraan yang lebih kuat,” ujarnya.
Menurutnya, kolaborasi UEA-Indonesia ini berpotensi mewujudkan manfaat bersama di berbagai bidang seperti energi terbarukan, teknologi, dan pembangunan infrastruktur.
“Bersama-sama, kita dapat memelopori solusi baru dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan bagi kedua negara kita,” pungkasnya. (nat)