BIPOSC menerapkan praktik standar non-profit untuk pekebun swadaya kelapa sawit di APSKS LB, Sumatera Utara.
APSKS LB adalah asosiasi yang dibina Musim Mas untuk membantu pekebun mengakses pasar dan sertifikasi RSPO serta ISPO.
Rob Nicholls, Musim Mas menyatakan pekebun swadaya penting untuk industri kelapa sawit berkelanjutan.(17/10/2023)
Musim Mas telah memberdayakan pekebun swadaya terbesar di Indonesia sejak 2015 dan percaya kolaborasi meningkatkan dampak positif.
Perkebunan regeneratif penting untuk isu perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.
Praktik ini meningkatkan kesehatan tanah dan mengurangi erosi serta emisi gas rumah kaca.
Rizki Pandu Permana, SNV menyatakan dukungan untuk Pemerintah Indonesia memenuhi target SDGs.
Program BIPOSC menerapkan praktik perkebunan regeneratif agar kesuburan tanah terjaga dan bermanfaat bagi perekonomian pekebun.
Pendekatan BIPOSC meliputi pelatihan Best Management Practices (BMP) untuk pengelolaan lahan.
Sebanyak 1.097 pekebun swadaya telah dilatih di lahan seluas 1.954,41 hektar.
Terdapat 25 fasilitator desa dan tujuh plot demo sebagai fasilitas pembelajaran.
Bernard Giraud, Livelihoods mengatakan, Pekebun swadaya perlu pengetahuan untuk menjaga kesehatan tanah, yang ingin diatasi BIPOSC.
Banyak pekebun melaporkan hasil panen lebih tinggi dan tanah lebih sehat.
BIPOSC juga meningkatkan kapasitas institusi dengan mendirikan Composting Unit berkapasitas 100-150 ton/bulan.
Unit ini dikelola APSKS LB dan memproduksi pupuk kompos dengan harga terjangkau.
Pada tahun pertama, 588 ton pupuk kompos berhasil diproduksi dan menghasilkan Rp 421 Juta.
Syahrianto, Ketua APSKS LB, menyatakan dampak positif dari Composting Unit bagi pekebun swadaya.
Dengan harga terjangkau, para pekebun kini menggunakan pupuk kompos di kebun mereka.
Pada tahun 2023, pekebun swadaya mengelola sekitar 41% area perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Angka ini diperkirakan meningkat hingga 60% pada tahun 2030, sehingga BIPOSC sangat penting untuk masa depan produksi minyak sawit berkelanjutan.