SinarHarapan.id – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menegaskan pentingnya menjaga demokrasi dalam Pilkada. Menurutnya, Pilkada mencerminkan peradaban bangsa dan suara rakyat adalah suara Tuhan, vox populi vox dei.
“Betapa berbahayanya jika pemilu hanya dijadikan alat kekuasaan,” ungkap Megawati dalam pidatonya, Rabu (27/11). Ia menyoroti manipulasi kedaulatan rakyat demi kekuasaan sebagai ancaman serius bagi demokrasi.
Kedaulatan Rakyat yang Terancam
Megawati mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia membawa semangat kebebasan. Demokrasi memberi rakyat hak berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapat secara bebas. “Namun kini, demokrasi terancam mati oleh kekuatan yang menghalalkan segala cara,” ujarnya.
Baca Juga: Megawati: Lawan Intimidasi dan Politik Uang di Pilkada
Ia mengkritik mobilisasi sumber daya negara dan aparatur yang tidak netral. Beberapa provinsi, seperti Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara, menunjukkan indikasi penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan politik.
Pelanggaran dalam Pilkada
Di Jawa Tengah, Megawati mengungkapkan laporan tentang mutasi aparatur kepolisian dan penggunaan penjabat kepala daerah secara masif. “Ini melanggar keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan aparatur negara tidak netral bisa dipidanakan,” tegasnya.
Menurut Megawati, praktik-praktik ini telah melampaui batas etika, moral, dan hati nurani. Ia menyerukan agar kader PDI Perjuangan dan rakyat Indonesia tidak takut menyuarakan kebenaran.
Lima Langkah Perjuangan
Megawati menginstruksikan langkah-langkah berikut. Pertama, Jaga suara rakyat dengan baik. Kedua, Kumpulkan bukti intimidasi aparatur negara dan politik uang. Ketiga, Dokumentasikan penyalahgunaan bansos untuk kepentingan politik. Keempat, Catat fakta penghadangan seperti yang terjadi di Banten. Kelima, Galang keberanian rakyat untuk melawan ketidakadilan.
Demokrasi yang Adil dan Berkeadilan
Megawati menegaskan, Pilkada harus mencerminkan etika, moral, dan hati nurani. “PDI Perjuangan tidak akan lelah berjuang untuk keadilan dan melawan intimidasi kekuasaan,” katanya.
Ia mengakhiri pidatonya dengan seruan agar rakyat terus menjaga semangat perjuangan. “Kita tidak menyerah. Perjuangan di lakukan secara terukur dalam koridor hukum, meskipun keadilan semakin jauh dari hukum.”