Kesra

Mahasiswa IPB Bikin Program Inovatif, Masyarakat Kedungpoh Gunungkidul Beri Apresiasi

×

Mahasiswa IPB Bikin Program Inovatif, Masyarakat Kedungpoh Gunungkidul Beri Apresiasi

Sebarkan artikel ini

SinarHarapan.id  — Suasana hangat dan penuh antusias terasa selama satu bulan penuh di Kalurahan Kedungpoh, Gunungkidul, Yogyakarta. Sejak awal Juli 2025, sepuluh mahasiswa IPB University yang menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik hadir membawa semangat kolaborasi, ilmu, dan inovasi.

Kehadiran mereka tidak sekadar formalitas akademik. Para mahasiswa ini menyatu dengan masyarakat, membaur, dan ikut merasakan denyut kehidupan desa. Hal ini diamini langsung oleh Lurah Kedungpoh, Dwiyono, yang menyatakan bahwa etika, sopan santun, dan kemampuan komunikasi para peserta KKN telah memberi kesan mendalam bagi warga. Koordinator Desa, Arif Dwi Nugroho, menambahkan bahwa KKN merupakan bentuk nyata penerapan ilmu kampus ke tengah masyarakat.

Savira Rahma Apriliya Putri, salah satu mahasiswa peserta KKN dari Biologi FMIPA, menjelaskan bahwa seluruh program yang dijalankan selama KKN dirancang berdasarkan observasi dan diskusi langsung bersama warga pada masa pra-KKN. “Kami ingin programnya relevan, menyentuh kebutuhan nyata warga,” ujarnya.

Salah satu program yang paling mencuri perhatian adalah pemasangan Automatic Weather Station (AWS) di Dusun Kedungpoh Kidul. Alat ini mampu memantau kondisi cuaca secara real-time dan dapat diakses secara daring melalui situs map.sinaubumi.org. “AWS ini menjangkau radius hingga 5 km, sangat membantu petani dalam menentukan waktu tanam dan mengantisipasi risiko perubahan iklim,” terang Savira.

Tak hanya AWS, mahasiswa IPB juga merancang empat program lain yang saling terintegrasi. Salah satunya adalah PASTI (Pakan Ternak Sehat dari Indigofera). Melalui program ini, mahasiswa mengenalkan potensi tanaman Indigofera yang kaya protein sebagai alternatif pakan ternak sehat, murah, dan mudah dikembangkan.

Program lain yang tak kalah penting adalah PEMULIH (Pestisida Alami Mewujudkan Lingkungan Hijau). Muchayat Azis Syahputra, mahasiswa dari Meteorologi dan Geofisika, menyebut penggunaan pestisida sintetis masih tinggi di desa tersebut. “Kami memperkenalkan pestisida alami sebagai solusi ramah lingkungan yang tetap efektif,” ujarnya.

Untuk mendukung pelaku usaha lokal, mahasiswa juga menghadirkan program GEMILANG (Gerakan Media Digital untuk UMKM Cemerlang). Pelatihan digital diberikan mulai dari teknik fotografi produk, penulisan caption yang menarik, hingga manajemen akun media sosial. Harapannya, pelaku UMKM bisa naik kelas melalui pemasaran digital.

Sementara itu, program SANTUN (Sadar Reproduksi, Tumbuh Sehat, dan Cakap Digital) menyasar para remaja desa. Selain edukasi kesehatan reproduksi, mereka juga diberi pemahaman tentang literasi digital dan bahaya konten negatif. “Kami ingin remaja di sini siap menghadapi tantangan sosial dan kesehatan masa kini,” tambah Savira.

Program-program ini mendapat sambutan hangat dari warga. Atik, perwakilan dari Kelompok Wanita Tani (KWT) dan PKK Kedungpoh, menyampaikan apresiasinya. “Program-program ini sangat dekat dengan kebutuhan kami. Para mahasiswa tidak hanya memberi materi, tapi juga mendampingi langsung di lapangan,” ungkapnya.

Kegiatan KKN ini diikuti oleh sepuluh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan. Selain Savira, dari FMIPA juga ada Muchayat Azis Syahputra dan Illona Annisa Mahesa (Meteorologi dan Geofisika), Arif Dwi Nugroho (Kimia), serta Furqan Sanjaya Hartawan (Fisika). Dari Fakultas Kehutanan ada Athiyah Nur Intan Zahra (Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata), dari FEMA ada Muhammad Trisna Kusuma Wardana (Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat), dari Fakultas Peternakan ada Nadhira Azra Salsabila (Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan), dari FPIK ada Adelia Nabilaputri Ratdityo (Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan), dan dari Sekolah Bisnis IPB ada Marshazeta Rizky Aulia.

Selama satu bulan, para mahasiswa tak hanya belajar dari masyarakat, tetapi juga meninggalkan jejak positif yang dirasakan langsung manfaatnya. Inilah bukti bahwa ilmu tak hanya hidup di ruang kuliah, tetapi tumbuh dan mengakar ketika bersentuhan langsung dengan masyarakat.