SinarHarapan.id – Di tengah langit biru Karibia yang membentang tanpa awan, bendera-bendera Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) berkibar di halaman Wisma Indonesia. Semilir angin musim panas membawa aroma laut yang samar, seakan menjadi saksi pertemuan hangat lintas benua pagi itu.
Sabtu (9/8) di Havana terasa istimewa. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di ibu kota Kuba menjadi tuan rumah peringatan Hari ASEAN ke-58. Sebagai Ketua ASEAN Committee in Havana, Cuba (ACHC) untuk periode Juli-Desember 2025, KBRI menggelar acara ini bukan hanya untuk mengenang berdirinya ASEAN pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, tetapi juga sebagai pembuka rangkaian perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Baca Juga: Soekarno-Fidel Castro Pondasi Kokoh Hubungan Indonesia-Kuba
Di antara para tamu, hadir Deputi Direktur Jenderal Urusan Bilateral Kementerian Luar Negeri Kuba, Alejandro Simancas Marin, yang menjadi tamu kehormatan. Ia bergabung bersama para kepala perwakilan negara ASEAN, Timor-Leste, Mitra ASEAN+3 yakni Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, serta perwakilan Cuban Institute of Friendship with the Peoples (ICAP).
Acara dibuka dengan lantunan ASEAN Anthem yang menggema di halaman, diikuti sambutan Duta Besar RI untuk Kuba, Simon Djatwoko Irwantoro Soekarno. Dengan suara mantap, ia menegaskan bahwa ASEAN bukan sekadar organisasi, melainkan rumah bersama yang berkomitmen pada perdamaian, stabilitas, dan pertumbuhan inklusif.
“Prinsip saling menghormati, non-intervensi, konsensus, dan penyelesaian damai sengketa adalah fondasi kami. Dan nilai-nilai itu ingin kami bawa juga ke Amerika Latin dan Karibia,” ujarnya. Simon juga menyampaikan apresiasi atas solidaritas Kuba terhadap negara-negara berkembang dan dukungan terhadap penghapusan embargo ekonomi yang mengekang negara sahabat.
Simancas Marin membalas dengan penghargaan untuk dukungan ASEAN terhadap perjuangan Kuba menghapus sanksi Amerika Serikat, termasuk upaya mengeluarkannya dari daftar State Sponsors of Terrorism. Baginya, tahun 2025 menandai lima tahun sejak Kuba bergabung dalam Treaty of Amity and Cooperation (TAC), sebuah tonggak yang mempererat hubungan dengan Asia Tenggara.
“ASEAN adalah mitra strategis. Kami melihatnya sebagai contoh nyata integrasi regional yang berhasil menjaga kesatuan di tengah keberagaman,” katanya.
Selepas pidato resmi, suasana berubah akrab. Tawa pecah di lapangan bulu tangkis ketika tim campuran Indonesia, diplomat ASEAN, dan masyarakat Kuba saling berhadapan. Di sudut lain, meja gaple menjadi arena persaingan santai, sementara anak-anak berlarian mengikuti fun games. Diplomasi pagi itu menjelma menjadi pesta kebersamaan.
Di Havana yang jauh dari Asia Tenggara, peringatan Hari ASEAN ini tak sekadar seremoni diplomatik. Ia menjadi ruang di mana jarak benua tak menghalangi kehangatan, dan di mana bendera yang berkibar tak hanya mewakili negara, tetapi juga rasa saling percaya.