SinarHarapan.id-Cedera lutut kerap menghantui pemain basket. Lutut bekerja keras menopang tubuh dan menerima beban saat melompat, mendarat, hingga kontak fisik.
Pemain basket sering mengalami lima jenis cedera lutut, yakni cedera ACL, stress fracture, robekan meniskus, strain/sprain otot, dan cedera tulang rawan.
Cedera ACL mendominasi kasus. Robekan ligamen ini biasanya muncul saat pemain mendarat tidak seimbang atau memutar lutut secara tiba-tiba.
Penderita stress fracture merasakan nyeri akibat retakan mikro pada tulang karena benturan berulang.
Cedera meniskus dan robekan tulang rawan muncul saat lutut bergerak mendadak. Strain atau sprain otot juga rentan terjadi saat otot tertarik secara berlebihan.
Dokter spesialis ortopedi bisa menegakkan diagnosis lewat pemeriksaan fisik dan penunjang seperti rontgen, CT scan, atau MRI. Jika cedera tergolong ringan, dokter menyarankan fisioterapi.
Namun, pada cedera berat seperti robekan ligamen grade 2 atau 3, dokter memilih tindakan operasi.
Kini, dokter bisa menangani cedera lutut dengan teknik arthroscopy. Prosedur ini menggunakan alat kecil bernama arthroscope yang dilengkapi kamera dan lampu.
Dokter memasukkan alat ini ke dalam lutut melalui sayatan kecil.
Teknik arthroscopy membuat operasi menjadi lebih cepat, minim perdarahan, dan mempercepat pemulihan.
Prosedur ini juga efektif menjangkau area dalam sendi yang sulit terjangkau oleh metode operasi biasa.
Setelah tindakan, pasien bisa mulai latihan ringan dalam beberapa minggu.
Pasien umumnya pulih total dan kembali ke lapangan dalam 4 hingga 6 bulan, tergantung kondisi masing-masing.
Arthroscopy kini menjadi solusi cepat dan efektif bagi pemain basket yang ingin segera comeback usai cedera lutut.