SinarHarapan.id-Dorongan serius mengintegrasikan prinsip ketangguhan iklim ke dalam program perumahan nasional mengemuka dalam lokakarya strategis Habitat for Humanity Indonesia.
Para ahli menekankan momen kritis ini karena pemerintah menargetkan pembangunan hingga 3 juta rumah per tahun. Tanpa langkah adaptasi, perubahan iklim berpotensi memangkas PDB Indonesia hingga 2,87% per tahun pada 2045.
Direktur Nasional Habitat Indonesia Handoko Ngadiman menegaskan bahwa perumahan tangguh iklim kini adalah sebuah keharusan mutlak. Ia melihat program pemerintah sebagai peluang strategis untuk memasukkan desain adaptif ke dalam kebijakan inti.
Hal ini penting mengingat 80% bencana di Indonesia terkait dengan fenomena hidroklimatologi.
Ngadiman juga menyoroti pentingnya skema pembiayaan inklusif seperti kredit mikro untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Inisiatif serupa telah diuji melalui kerjasama dengan lembaga keuangan mikro KOMIDA untuk membiayai peningkatan rumah secara bertahap.
Pendekatan ini memastikan kelompok rentan tidak tertinggal dalam upaya adaptasi.
Lokakarya yang dimoderatori pakar ketangguhan Dr. Saut Sagala menghasilkan beberapa temuan kunci. Meski ketahanan iklim telah masuk dalam agenda nasional, implementasi di lapangan dinilai masih belum konsisten.
Padahal, desain berbasis lokal seperti sistem passive cooling terbukti efektif meningkatkan kenyamanan rumah.
Koordinator Perumahan Bappenas Ira Lubis menekankan perlunya kerangka regulasi yang mendukung keterjangkauan. Tujuannya agar target hunian layak dan tangguh pada 2030 dapat tercapai secara inklusif.
Kolaborasi ini sejalan dengan kesepakatan strategis Habitat dengan Kementerian PKP untuk mendukung program 3 juta rumah.
Khairunnisa Destyany Qatrunnada dari KLHK menyatakan bahwa adaptasi dan mitigasi bangunan merupakan dua hal yang saling memperkuat.
Dukungan diberikan untuk penggunaan material rendah karbon dan sistem drainase yang lebih baik. Inovasi material juga datang dari sektor swasta seperti Rebricks yang memanfaatkan ekonomi sirkular.
Untuk akselerasi, Habitat Indonesia merekomendasikan pendekatan berbasis bukti dan inklusi komunitas penuh. Rekomendasi itu menekankan pemanfaatan material lokal dan penguatan kapasitas tukang setempat melalui pelatihan.
Mereka juga mendorong pelaksanaan proyek percontohan di berbagai wilayah, terutama daerah rawan bencana.
Harapannya, hasil lokakarya ini menjadi landasan kolaborasi jangka panjang melalui kemitraan pemerintah dan swasta. Kolaborasi lintas sektor dianggap kunci untuk mewujudkan hunian tangguh iklim yang terjangkau bagi masa depan Indonesia.
Langkah nyata sudah dimulai dengan pilot program perumahan hijau yang menargetkan 1 juta unit pada 2030.
Habitat berkomitmen melanjutkan kerja lapangan seperti program Home Equal di Gresik yang menyasar ribuan keluarga.
Mereka terus menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk korporasi seperti POSCO untuk membangun rumah ramah lingkungan. Semua upaya terintegrasi ini bertujuan membangun ketangguhan sejak dini sebelum bencana datang.




