Mowilex mulai verifikasi jejak karbon pada 2018 dan terus tingkatkan cakupan pengelolaannya. Perusahaan kalkulasi seluruh emisi Scope 1 dan 2, serta elemen signifikan Scope 3. Langkah ini butuh penguatan tata kelola dan kerja sama intens dengan pemasok.
Perhitungan emisi mereka selalu melalui verifikasi independen oleh SCS Global. Lembaga ini gunakan standar akuntansi gas rumah kaca yang diakui secara internasional untuk memastikan keakuratan data.
Chief Supply Chain Officer Mowilex Yossy Tresinya Prameswari tekankan pengelolaan karbon kini jadi prinsip operasional. “Ini pengaruhi langsung cara kami rencanakan energi, jalankan operasi, dan tentukan prioritas investasi,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Perusahaan akui 71 persen total konsumsi energinya berasal dari listrik. Mereka pastikan pasokan listrik operasional telah padankan dengan sumber terbarukan bersertifikat. Investasi panel surya juga mereka lakukan untuk tekan ketergantungan pada jaringan utama.
Mowilex resmikan instalasi panel surya skala besar di pabrik Cikande, Banten pada 2025. Sistem ini mereka rancang untuk turunkan konsumsi listrik pabrik hingga 25 persen. Sebelumnya, kantor pusat mereka juga telah operasikan panel serupa sejak 2023.
CEO Mowilex Indonesia Niko Safavi sebut Scope 3 sebagai lingkup paling menantang dalam pengukuran emisi. “Perubahan nyata hasilkan dari eksekusi dan investasi infrastruktur, bukan cuma sertifikat,” tegas Safavi menerangkan strategi perusahaan.
Untuk tingkatkan transparansi, Mowilex kini gunakan kerangka akuntansi karbon ISO 14064. Standar pelaporan gas rumah kaca internasional ini mereka terapkan untuk perkuat konsistensi laporan.
Informasi lengkap seputar pendekatan ESG perusahaan dapat publik akses melalui situs esg.mowilex.com. Mereka buka data tersebut sebagai bentuk komitmen terhadap akuntabilitas lingkungan.