SinarHarapan.id – Angola, negara yang terletak di belahan barat benua Afrika berpotensi menjadi pasar baru bagi produk sawit Indonesia. Hal tersebut terungkap dalam salah satu pertemuan pada hari ke-2 ajang Trade Expo Indonesia (TEI), 10 Oktober 2024.
Pertemuan yang mengusung tema tentang peluang dan tantangan sawit Indonesia di luar negeri, menghadirkan pembicara dari BPDPKS, PAPSI, dan GAPKI, serta dihadiri oleh pemangku kepentingan terkait, seperti, yaitu KBRI, Atase Perdagangan, ITPC, wakil industri sawit, dan masyarakat umum.
KBRI Windhoek, dengan wilayah akreditasi mencakup Angola, telah mempelajari peluang pasar produk sawit Indonesia.
“Pemerintah Angola membatasi impor produk olahan sawit dan menerapkan kebijakan pengolahan CPO, sehingga ada kebutuhan untuk crude Palm oil (CPO) di Angola. Selain itu juga ada minat pengusaha Angola membeli bibit sawit dari Indonesia untuk mengembangkan perkebunan sawit di Angola,” kata Kepala Fungsi Ekonomi KBRI Windhoek, Ari Hadiman, dalam sesi diskusi tersebut.
Ekspor bibit sawit menjadi peluang unik bagi Indonesia untuk masuk pasar Angola.
“Indonesia dapat mengekspor bibit sawit ke Angola. Perlu ada kebijakan dari kementerian pertanian untuk mengatur hal tersebut,” kata Dr. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI (PalmOil Agribusiness Strategic Policy Institute).
Dr. Tingkat juga menjelaskan terbuka peluang investasi atau kerja sama Indonesia dengan Angola untuk pengembangan lahan sawit di Angola, dalam bentuk pelatihan SDM dan pengembangan teknologi termasuk benih sawit.
Adapun berkenaan dengan peluang sawit di Angola, Wakil Sekretaris Jenderal GAPKI, Lolita Bangun, mengatakan bahwa Indonesia saat ini menerapkan kebijakan ekspor produk olahan sawit sehingga terbatas kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan CPO di Angola. Perbedaan kebijakan Indonesia dan Angola menjadi tantangan bagi Indonesia untuk memperluas pasar sawit di luar negeri.
Selain membahas peluang pasar sawit di Angola dan beberapa pasar di negara lain, juga disinggung mengenai posisi Indonesia sebagai produsen terbesar sawit dunia. Hal itu dijelaskan oleh Aida Fitria, perwakilan BPDPKS.
Kegiatan promosi sawit termasuk penanganan kampanye negatif sawit terus dilakukan oleh BPDPKS bersinergi dengan pemerintah, pelaku industri sawit, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Diharapkan kegiatan tersebut dapat semakin memperkuat posisi sawit Indonesia di luar negeri. (nat)