SinarHarapan.id – Anies Rasyid Baswedan mantan Gubernur DKI priode, 2017/2023 dan sekaligus sebagai Capres 2024 yang gagal melenggang sebagai Presiden RI ke 8. Dan sekarang dengan segala ambisi yang membabi buta tanpa kenal malu, hendak mencalonkan diri sebagai bakal calon Gubernur Jakarta periode 2024 s/d 2029

Nasib sial mulai mengurungnya, satu satu partai yang dulu sangat fanatik mendukungnya mulai menjauh, sebut saja Partai Nasdem pada saat Pilpres, 2024 yang pertama tama mengusungnya, namun tidak di Pilkada Jakarta. Hal itu dipertegas oleh Surya Paloh, Ketum Nasdem, dalam sebuah wawancara di media….

Pernyataan tidak mendukung diikuti oleh Partai Keadilan Sejahtera, salah satu partai yang sangat fanatik mendukung Anies di Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2024. Sama, tidak untuk pilkada Jakarta 2024. Dan arahnya baik Nasdem maupun PKS akan mengikuti alur KIM (Koalisi Indonesia Maju), dengan begitu jabatan Menteri sudah di tangan.

Dalam kontek pembangunan yang berkelanjutan, khususnya Jakarta yang bukan lagi masuk Ibu Kota Negara, Jakarta tetap seksi untuk (menuju) pilpres 2029 dan barangkali itu juga membuat Anies tetap ngotot mencalonkan diri di Pilkada Jakarta, karena tujuan akhirnya adalah Pilpres 2029, karena itu – demi – ambisi yang membabi buta Anies telah menggadaikan harga dirinya demi mimpi besarnya. Karena bagi dia selama pengalamannya memimpin Daerah Khusus Ibu Kota, bukan bisa kerja atau tidaknya menjadi seorang pemimpin, yang penting siap ngibulin masyarakat sudah puas sepanjang bisa santun dan nyengar-nyengir, masyarakat puas

Ambisi Anies menjadi Gubernur Jakarta harus diamputasi sejak dini, karena selain pengalaman Anies memimpin Jakarta yang tidak becus juga bukan itu saja, Anies itu tujuannya bukan menjadi pemimpin yang ideal akan tetapi bagaimana memenuhi ambisinya untuk menjadi pemimpin Indonesia, model pemimpin seperti ini sangat bahaya bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara. Sehingga untuk menuju ke arah itu semua cara bagi Anies dihalalkan, termasuk dirinya -mau – dibaptis dengan embel embel Yohanes, sementara dia tidak menjadi nasrani.

Bukan itu saja yang menjadi fenomenal dalam kepimpinan Anies selama memimpin Ibu Kota Jakarta, selain Jakarta semakin amburadur, karena Anies tidak bicus kerja juga banyak ngibulnya seperti janji Politik, Rumah DP 0%, Kartu Jakarta Pintar yang akan ditingkatkan termasuk masalah Reklamasinya yang tidak akan memberi ruang nyatanya, semua tidak ada yang dipenuhi bahkan waktu ditagih oleh media cenderung “ ngeles” karena itu salah satu keahliannya.

Terkait putusan MK No. 60 yang merubah ambang batas, maka PDI P yang nyaris tidak dapat mengusung calon termasuk Partai non Parlemen dapat mengajukan calon. Dan rupanya hal ini ditangkap oleh Anies, apalagi dia tahu Ketum PDIP yang belum kena taktik caturnya yang menghalalkan segala cara. Hal ini terlihat, sampai akhir hari ini PDIP masih terus menggadang-gadang Anies sebagai Calon yang diunggulkan. Hebat taktik Anies, semburan bisanya mulai membuai tokoh tokoh di partai Banteng.

Sementara di ujung sana Ahoker sebutan Pendukung Ahok di Pilkada DKI 2017 mulai menggeliat. Salah satu slogan mereka, tidak akan mendukung Anies dan akan Golput. Maklum apabila terdapat maklumat seperti itu, karena betapa mengerikannya kampanye dengan slogan Ayat dan Mayat. Dan saya pada waktu itu bagian dari korban yang terus saja membekas. Sehingga dengan melihat hal itu saya yakin Ahoker 99 % akan menjauh dari PDIP apabila Anies ada dipusaran calon. ***

Ditulis oleh : C. Suhadi
Koordinator Team Hukum Merah Putih