SinarHarapan.id-Obesitas menjadi tantangan kesehatan global yang semakin memprihatinkan.
World Obesity Atlas 2024 memperkirakan jumlah penderita obesitas meningkat dari 0,81 miliar pada 2020 menjadi 1,53 miliar pada 2035.
Survei Kesehatan Indonesia mencatat prevalensi obesitas usia 18 tahun ke atas naik dari 21,8% (2018) menjadi 23,4% (2023).
DKI Jakarta, Papua, dan Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan angka obesitas tertinggi di Indonesia.
Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab utama kenaikan kasus obesitas.
Gaya hidup pasif, seperti bekerja di depan layar dan bermain game, meningkatkan risiko berat badan berlebih.
Kemajuan teknologi membuat hidup lebih praktis tetapi juga mengurangi kebutuhan untuk bergerak aktif.
OMRON Healthcare menghadirkan solusi pemantauan tubuh melalui Body Composition Monitor (BCM).
BCM tidak hanya menimbang berat badan, tetapi juga menganalisis persentase lemak, massa otot, dan kepadatan tulang.
Memahami komposisi tubuh penting untuk memastikan penurunan berat badan tidak mengurangi massa otot.
Otot, pembuluh darah, dan tulang memiliki kadar air tinggi sehingga lebih mudah menghantarkan listrik daripada lemak.
Metode Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) untuk mengukur kadar air dalam berbagai jaringan tubuh.
BIA mengirimkan arus listrik rendah dan menganalisis tubuh berdasarkan usia, tinggi, berat, dan jenis kelamin.
BCM membantu mengelola berat badan sekaligus mengurangi risiko penyakit terkait obesitas.
Timbangan digital ini melengkapi program diet dan aktivitas olahraga dengan hasil pemantauan yang akurat.
BCM dapat menyimpan data empat profil pengguna untuk pemantauan progres secara lebih mudah.
OMRON menawarkan berbagai model BCM, termasuk HBF-214, HBF-222T, dan HBF-375 (Karada Scan).
Model HBF-222T memiliki konektivitas Bluetooth yang terhubung langsung ke aplikasi OMRON Connect.
Dengan BCM, individu bisa lebih aktif menjaga kesehatan dan mengurangi risiko penyakit akibat obesitas.
