StockReview.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III yang berlangsung di Jakarta pada hari Jumat, Perry menjelaskan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas di berbagai sektor. “Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas, baik stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, maupun stabilitas makroekonomi, dan bersama mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terutama di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” kata Perry.
Strategi ini mencerminkan pendekatan holistik yang diambil oleh Bank Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks. Perry menekankan bahwa kebijakan moneter akan tetap difokuskan pada aspek stabilitas (pro-stability), dengan tujuan utama melindungi ekonomi Indonesia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh fluktuasi pasar global.
Dalam konteks ini, Perry menjelaskan bahwa kebijakan moneter yang pro-stability memiliki prioritas untuk menjaga stabilitas, terutama dalam melindungi ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global. “Sehingga fokusnya memitigasi dampak rambatan global, termasuk dampak terhadap nilai tukar, dampak terhadap terjadinya arus keluar portofolio asing, maupun dampak-dampak yang lain,” imbuhnya.
Perry menyoroti tiga aspek penting dari rambatan global yang menjadi fokus perhatian Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan stabilitas nilai tukar. Pertama adalah kebijakan moneter Amerika Serikat yang tidak sinkron (unsynchronized monetary policy) dengan kebijakan moneter negara lain. Ketidaksinkronan ini dapat menyebabkan volatilitas yang signifikan di pasar keuangan global, sehingga membutuhkan respons yang cepat dan tepat dari Bank Indonesia.
Aspek kedua yang menjadi perhatian adalah tingginya utang luar negeri negara maju, termasuk Amerika Serikat, dan dampaknya terhadap suku bunga global. Tingginya tingkat utang ini dapat menyebabkan perubahan suku bunga yang tiba-tiba, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arus modal dan stabilitas nilai tukar. Perry menegaskan pentingnya pemantauan dan penyesuaian kebijakan yang berkelanjutan untuk menghadapi tantangan ini.
Terakhir, perkembangan nilai tukar menjadi fokus utama Bank Indonesia dalam konteks rambatan global. Fluktuasi nilai tukar yang tajam dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi domestik, terutama dalam hal inflasi dan daya beli masyarakat. Bank Indonesia berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui berbagai instrumen kebijakan yang tersedia.
Selain kebijakan moneter, Bank Indonesia juga mengarahkan kebijakan makroprudential, digitalisasi sistem pembayaran, serta kebijakan lainnya seperti pendalaman pasar dan ekonomi keuangan inklusif dan hijau, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (pro-growth). Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih resilient dan inklusif, yang mampu menghadapi berbagai tantangan global.
Dalam hal kebijakan makroprudential, Bank Indonesia berfokus pada penguatan sistem keuangan untuk menghadapi potensi risiko sistemik. Pendekatan ini melibatkan pengawasan yang lebih ketat terhadap institusi keuangan dan pengelolaan risiko yang lebih baik untuk memastikan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
Digitalisasi sistem pembayaran juga menjadi salah satu fokus utama Bank Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi digital, Bank Indonesia berupaya meningkatkan efisiensi dan keamanan sistem pembayaran, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, digitalisasi sistem pembayaran juga dapat meningkatkan inklusi keuangan, memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses layanan keuangan formal.
Dalam konteks ekonomi keuangan inklusif dan hijau, Bank Indonesia mendorong kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial. Hal ini termasuk dalam upaya untuk mengembangkan sektor keuangan yang ramah lingkungan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Perry Warjiyo menekankan pentingnya koordinasi antara berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakannya dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil dan kondusif bagi pertumbuhan.
Dengan langkah-langkah ini, Bank Indonesia berharap dapat menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perry Warjiyo menyatakan keyakinannya bahwa dengan kebijakan yang tepat dan koordinasi yang baik, Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan ekonomi global dan mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. (rht)