SinarHarapaan.id – Mulai tahun 2024, Denny JA menghibahkan dana abadi Penghargaan Bagi Penulis untuk empat kategori.
Diharapkan mulai tahun 2024, hingga 50 tahun kemudian dan lebih lama lagi, penghargaan kepada penulis ini akan tetap hadir.
Mengapa Denny menghibahkan dana itu kepada penulis melalui Denny JA Foundation? Ia meyakini kata-kata yang dirangkai penulis besar dapat mengubah nasib individu dan bangsa.
Ujar Denny, “Kata-kata adalah benih yang ditanam di ladang keabadian. Ia bertumbuh melintasi musim, menjangkau langit, dan mengakar dalam jiwa manusia.”
Kutipan ini bukan hanya kiasan, tetapi kebenaran yang hidup. Kata-kata tidak pernah benar-benar hilang; ia membekas dalam ingatan, membentuk peradaban, dan membangun jembatan lintas generasi.
Begitu pula dengan para penulis besar, yang melalui dedikasi dan kreativitasnya menabur benih-benih itu.
Pada tahun 2024, Denny JA menghidupkan filosofi ini melalui dana abadi yang ia hibahkan untuk penghargaan tahunan penulis. Ini ikhtiar kecil, langkah yang tidak hanya memuliakan kata-kata, tetapi juga para penjaga dan perawatnya.
Denny JA membagi penghargaan ini ke dalam empat kategori yang merepresentasikan perjalanan dan kontribusi para penulis.
Pertama, Lifetime Achievement Award, adalah penghargaan tertinggi untuk penulis yang telah mengabdikan lebih dari 40 tahun hidupnya untuk menghasilkan karya-karya unggul. Mereka tidak hanya menulis, tetapi membentuk tradisi literasi yang menjadi pijakan generasi selanjutnya.
Kedua, Dermakata Award, Kategori Fiksi, ditujukan kepada penulis daerah yang terus produktif menerbitkan buku dalam tiga tahun terakhir. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang berhasil menciptakan karya sastra berkualitas yang berdampak langsung pada komunitasnya.
Ketiga, Dermakata Award, Kategori Non-Fiksi, menghormati penulis daerah yang berbasis pada penelitian dan dokumentasi. Buku-buku mereka bukan hanya sekadar catatan, tetapi peta pengetahuan yang mengungkap wajah-wajah lokal yang sering kali terlupakan.
Keempat, Puisi Esai Award, adalah bentuk apresiasi khusus untuk penulis yang mengembangkan genre puisi esai. Genre ini adalah perpaduan antara fakta dan fiksi, yang mengangkat isu sosial dalam bentuk puisi dengan narasi yang menggugah.
Masing-masing kategori diberikan melalui seleksi berjenjang yang dipimpin oleh tim juri ahli. Penghargaan ini disertai dana—50 juta rupiah untuk Lifetime Achievement Award dan masing-masing 35 juta rupiah untuk tiga kategori lainnya.
Menurut Denny, langkah ini realisasi dari niat yang telah Denny JA tanam lebih dari tiga dekade lalu. Ketika ia masih seorang mahasiswa dengan beasiswa di Pittsburgh University, Amerika Serikat, Denny sering menghabiskan waktunya di Carnegie Library.
Andrew Carnegie, seorang industrialis besar, mendanai pembangunan lebih dari 2.500 perpustakaan di seluruh dunia.
Filosofinya sederhana namun mendalam: pengetahuan adalah kekayaan yang harus dibagikan. Carnegie percaya bahwa dengan memberikan akses terhadap perpustakaan, ia membantu masyarakat memperbaiki nasibnya sendiri.
Denny JA, yang saat itu berada dalam kondisi ekonomi menengah bawah, merasa terinspirasi.
Dalam satu momen, Denny merenung mendalam dan berdoa. Dalam doa yang sunyi, ia berkata pada dirinya sendiri, “Jika suatu saat aku diberi rezeki, aku ingin melakukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang memberi kembali rezeki itu kepada masyarakat luas.”
Namun, ia tak terbayang dari mana dana untuk itu? Selaku mahasiswa, hidupnya sangat sederhana. Tanpa beasiswa, mustahil ia bisa sekolah hingga ke Amerika Serikat.
Namun Denny meyakini bahwa semesta selalu menyediakan keajaiban. Seperti setiap benih yang memerlukan musimnya untuk tumbuh, niat itu tidak langsung terwujud.
Sekitar lebih sepuluh tahun lalu, Denny mendirikan yayasan. Tetapi tetap ia belum tahu bentuk derma apa yang bisa ia beri. Sumber dananya juga masih samar.
Hingga Januari 2024, dalam keheningan malam yang penuh refleksi, Denny menemukan jawaban: passion-nya dalam dunia penulisan adalah jalan yang diberikan semesta.
Dana abadi untuk penghargaan ini berasal dari kepemilikan saham Denny JA Foundation di berbagai usaha yang ia kelola.
Melalui mekanisme ini, yayasan memiliki dana yang cukup untuk mendanai penghargaan tahunan bagi penulis, festival puisi esai, dan kegiatan literasi lainnya. Denny terus mengupayakan bahwa visi ini akan terus hidup selama puluhan tahun ke depan.
Denny memberi contoh tentang efek Hadiah Nobel Sastra bagi dunia penulis. Ketika seorang penulis menerima Nobel, ia menjadi simbol universal. Itu suara lokal yang diangkat ke panggung dunia.
Efeknya menjangkau jauh, membuka pintu untuk karya-karya dari budaya yang sering kali terpinggirkan. Ia juga mengilhami generasi baru untuk menulis. Ia juga mengingatkan kita akan kekuatan sastra dalam memahami kemanusiaan.
Denny mengambil spirit itu dan melakukan hal yang jauh, jauh, jauh lebih kecil, tentu saja.
Penghargaan untuk penulis ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi sebuah pesan. Menulis adalah pekerjaan sunyi yang potensial mencerahkan lingkungan. Penghargaan ini menjadi salah satu pupuk untuk ikut menumbuhkan tradisi menulis.
Ujar Denny JA: “Kekayaan sejati bukanlah apa yang kita kumpulkan untuk diri sendiri, tetapi apa yang kita tinggalkan untuk lingkungan.
Salah satu warisan yang berharga, itu adalah kata-kata yang mampu menggugah hati, mengubah pikiran, dan membangun dunia yang lebih baik.”*
Mengapa Denny menghibahkan dana itu kepada penulis melalui Denny JA Foundation? Ia meyakini kata-kata yang dirangkai penulis besar dapat mengubah nasib individu dan bangsa.
Ujar Denny, “Kata-kata adalah benih yang ditanam di ladang keabadian. Ia bertumbuh melintasi musim, menjangkau langit, dan mengakar dalam jiwa manusia.”
Kutipan ini bukan hanya kiasan, tetapi kebenaran yang hidup. Kata-kata tidak pernah benar-benar hilang; ia membekas dalam ingatan, membentuk peradaban, dan membangun jembatan lintas generasi.
Begitu pula dengan para penulis besar, yang melalui dedikasi dan kreativitasnya menabur benih-benih itu.
Pada tahun 2024, Denny JA menghidupkan filosofi ini melalui dana abadi yang ia hibahkan untuk penghargaan tahunan penulis. Ini ikhtiar kecil, langkah yang tidak hanya memuliakan kata-kata, tetapi juga para penjaga dan perawatnya.
Denny JA membagi penghargaan ini ke dalam empat kategori yang merepresentasikan perjalanan dan kontribusi para penulis.
Pertama, Lifetime Achievement Award, adalah penghargaan tertinggi untuk penulis yang telah mengabdikan lebih dari 40 tahun hidupnya untuk menghasilkan karya-karya unggul. Mereka tidak hanya menulis, tetapi membentuk tradisi literasi yang menjadi pijakan generasi selanjutnya.
Kedua, Dermakata Award, Kategori Fiksi, ditujukan kepada penulis daerah yang terus produktif menerbitkan buku dalam tiga tahun terakhir. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang berhasil menciptakan karya sastra berkualitas yang berdampak langsung pada komunitasnya.
Ketiga, Dermakata Award, Kategori Non-Fiksi, menghormati penulis daerah yang berbasis pada penelitian dan dokumentasi. Buku-buku mereka bukan hanya sekadar catatan, tetapi peta pengetahuan yang mengungkap wajah-wajah lokal yang sering kali terlupakan.
Keempat, Puisi Esai Award, adalah bentuk apresiasi khusus untuk penulis yang mengembangkan genre puisi esai. Genre ini adalah perpaduan antara fakta dan fiksi, yang mengangkat isu sosial dalam bentuk puisi dengan narasi yang menggugah.
Masing-masing kategori diberikan melalui seleksi berjenjang yang dipimpin oleh tim juri ahli. Penghargaan ini disertai dana—50 juta rupiah untuk Lifetime Achievement Award dan masing-masing 35 juta rupiah untuk tiga kategori lainnya.
Menurut Denny, langkah ini realisasi dari niat yang telah Denny JA tanam lebih dari tiga dekade lalu. Ketika ia masih seorang mahasiswa dengan beasiswa di Pittsburgh University, Amerika Serikat, Denny sering menghabiskan waktunya di Carnegie Library.
Andrew Carnegie, seorang industrialis besar, mendanai pembangunan lebih dari 2.500 perpustakaan di seluruh dunia.
Filosofinya sederhana namun mendalam: pengetahuan adalah kekayaan yang harus dibagikan. Carnegie percaya bahwa dengan memberikan akses terhadap perpustakaan, ia membantu masyarakat memperbaiki nasibnya sendiri.
Denny JA, yang saat itu berada dalam kondisi ekonomi menengah bawah, merasa terinspirasi.
Dalam satu momen, Denny merenung mendalam dan berdoa. Dalam doa yang sunyi, ia berkata pada dirinya sendiri, “Jika suatu saat aku diberi rezeki, aku ingin melakukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang memberi kembali rezeki itu kepada masyarakat luas.”
Namun, ia tak terbayang dari mana dana untuk itu? Selaku mahasiswa, hidupnya sangat sederhana. Tanpa beasiswa, mustahil ia bisa sekolah hingga ke Amerika Serikat.
Namun Denny meyakini bahwa semesta selalu menyediakan keajaiban. Seperti setiap benih yang memerlukan musimnya untuk tumbuh, niat itu tidak langsung terwujud.
Sekitar lebih sepuluh tahun lalu, Denny mendirikan yayasan. Tetapi tetap ia belum tahu bentuk derma apa yang bisa ia beri. Sumber dananya juga masih samar.
Hingga Januari 2024, dalam keheningan malam yang penuh refleksi, Denny menemukan jawaban: passion-nya dalam dunia penulisan adalah jalan yang diberikan semesta.
Dana abadi untuk penghargaan ini berasal dari kepemilikan saham Denny JA Foundation di berbagai usaha yang ia kelola.
Melalui mekanisme ini, yayasan memiliki dana yang cukup untuk mendanai penghargaan tahunan bagi penulis, festival puisi esai, dan kegiatan literasi lainnya. Denny terus mengupayakan bahwa visi ini akan terus hidup selama puluhan tahun ke depan.
Denny memberi contoh tentang efek Hadiah Nobel Sastra bagi dunia penulis. Ketika seorang penulis menerima Nobel, ia menjadi simbol universal. Itu suara lokal yang diangkat ke panggung dunia.
Efeknya menjangkau jauh, membuka pintu untuk karya-karya dari budaya yang sering kali terpinggirkan. Ia juga mengilhami generasi baru untuk menulis. Ia juga mengingatkan kita akan kekuatan sastra dalam memahami kemanusiaan.
Denny mengambil spirit itu dan melakukan hal yang jauh, jauh, jauh lebih kecil, tentu saja.
Penghargaan untuk penulis ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi sebuah pesan. Menulis adalah pekerjaan sunyi yang potensial mencerahkan lingkungan. Penghargaan ini menjadi salah satu pupuk untuk ikut menumbuhkan tradisi menulis.
Ujar Denny JA: “Kekayaan sejati bukanlah apa yang kita kumpulkan untuk diri sendiri, tetapi apa yang kita tinggalkan untuk lingkungan.
Salah satu warisan yang berharga, itu adalah kata-kata yang mampu menggugah hati, mengubah pikiran, dan membangun dunia yang lebih baik.”