Internasional

Dubes UEA Tegaskan Persaudaraan Kemanusiaan di Jakarta

×

Dubes UEA Tegaskan Persaudaraan Kemanusiaan di Jakarta

Sebarkan artikel ini

Kedutaan Besar Uni Emirat Arab (UEA) di Jakarta menggelar Human Fraternity Fellowship 2025 Dinner.

Dubes UAE untuk Indonesia dan Abdulla Salem AlDhaheri, memperlihatkan wewangian khas negerinya kepada mantan Wapres KH Ma'ruf Amin di sela-sela acara Human Fraternity Fellowship 2025 Dinner, Jumat (15/8).

SinarHarapan.id – Suasana hangat terasa di Emirate’s House, kediaman resmi Duta Besar UEA di Jakarta, saat Kedutaan Besar Uni Emirat Arab (UEA) menggelar  Human Fraternity Fellowship 2025 Dinner, Jumat malam (15/7).

Acara tersebut dihadiri tokoh lintas agama, pejabat pemerintah, hingga perwakilan diplomatik, termasuk mantan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie, serta sejumlah duta besar negara sahabat serta para penerima Human Fraternity Fellowship 2025.

Dalam pidatonya, Duta Besar UEA untuk Indonesia dan ASEAN, Abdulla Salem AlDhaheri, menyampaikan ucapan selamat kepada bangsa Indonesia yang tahun ini memperingati 80 tahun kemerdekaan. Indonesia, menurut dia, merupakan teladan nyata keberagaman yang hidup berdampingan dengan damai.

Baca Juga: Gibran: Indonesia-UEA, Persaudaraan Selama Lima Dekade

“Indonesia dan UEA tidak hanya berbagi hubungan diplomatik, tetapi juga ikatan spiritual dan budaya. Keduanya sama-sama menjunjung moderasi, kasih sayang, dan koeksistensi,” ujarnya.

Jembatan Toleransi

AlDhaheri menekankan pentingnya Zayed Award for Human Fraternity yang lahir dari Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan di Abu Dhabi. Penghargaan tersebut, katanya, mencerminkan komitmen UEA terhadap toleransi, inklusi, dan penghargaan atas keberagaman sejak berdirinya negara pada 1971.

Dalam enam tahun penyelenggaraan, Zayed Award telah diberikan kepada 16 individu dan lembaga dari 15 negara. Indonesia turut mencatat sejarah penting melalui penghargaan bagi dua organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, pada 2024 di Abu Dhabi.

“Kami merasa bangga menyaksikan kontribusi tokoh dan organisasi Indonesia dalam memajukan harmoni global,” kata Dubes UEA.

Peran Generasi Muda

Malam itu juga menandai penutupan Human Fraternity Fellowship 2025. Program ini diikuti sejumlah peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, UEA, India, Amerika Serikat, Burkina Faso, Zambia, Pakistan, dan Bangladesh.

Bagi AlDhaheri, para peserta adalah duta generasi muda yang membawa pesan perdamaian. “Suara dan tindakan kalian akan membentuk dunia esok. Semoga persahabatan dan ide yang lahir dari fellowship ini terus menginspirasi perubahan positif,” ujarnya.

Dorongan dari Indonesia

Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam kesempatan tersebut menilai sudah saatnya Indonesia memiliki penghargaan tingkat dunia bagi tokoh dan lembaga yang berkontribusi terhadap perdamaian.

“Jangan hanya kita menerima award, kita juga harus memberikan pengakuan dan penghargaan,” ujarnya.

Menurut Nasaruddin, penghargaan bagi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Zayed Award menunjukkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diakui dunia. “Hal itu sepatutnya mendorong Indonesia untuk ‘membalas’ dengan menganugerahkan penghargaan sejenis di tingkat internasional,” katanya.

Ia menambahkan, posisi Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia merupakan nilai tambah untuk memiliki penghargaan bergengsi semacam itu.

Meneguhkan Komitmen

AlDhaheri menutup pidatonya dengan menggarisbawahi bahwa jamuan malam ini bukan semata perayaan, melainkan peneguhan nilai-nilai bersama.

“Malam ini bukan sekadar perayaan, melainkan peneguhan nilai bersama dan komitmen kita membangun dunia yang lebih damai dan penuh kasih,” pungkasnya.