SinarHarapan.id-Indonesia memilih diplomasi, bukan pembalasan, menanggapi tarif AS.
Kebijakan ini fokus pada kepentingan jangka panjang kedua negara. Selain itu, pemerintah mengutamakan stabilitas investasi dan perdagangan.
Koordinasi intensif dilakukan dengan berbagai kementerian dan mitra AS. Sektor padat karya seperti garmen dan sepatu mendapat perhatian khusus.
Pemerintah berjanji memberikan dukungan insentif untuk industri rentan. AS memberi pengecualian tarif untuk produk medis dan logam mulia.
Forum konsultasi pelaku usaha digelar 7 April untuk menjaring masukan. Upaya diversifikasi pasar ke Eropa juga sedang dipersiapkan.
Tenggat waktu 9 April memaksa respons cepat namun terukur. Strategi ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Kerja sama erat dengan pengusaha menjadi kunci sukses kebijakan. Langkah-langkah diambil tetap mempertimbangkan kesehatan fiskal negara.
Dinamika perdagangan global menuntut adaptasi kebijakan yang lincah. Pemerintah berkomitmen melindungi industri dalam negeri tanpa memicu konflik.
Pasar Eropa dipandang sebagai alternatif potensial ekspor Indonesia. Setiap keputusan diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam merespons perubahan kebijakan AS. Dukungan untuk UMKM dan industri besar dilakukan secara seimbang.
Tujuannya menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih berkelanjutan.(Infopublik/IS)