SinarHarapan.id – Suara lebih dari 200 anak riuh-rendah. Mereka bergerak lincah, berwajah sumringah. Itu yang tampak di Pelataran Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, pada Sabtu, 26 Juli 2025, pukul 07.30-14.00 WIB.
Ya, pada Sabtu bercuaca cerah itu, di sebuah ruang terbuka, komunitas inklusif Bakul Budaya FIB UI menggelar perayaan Hari Anak Nasional (HAN) 2025. Tahun ini merupakan tahun kedua Bakul Budaya menyelenggarakannya. Sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 (tertanggal 19 Juni 1984), HAN tiap tahun diperingati pada 23 Juli. Setiap tahun, acara Bakul Budaya terkait HAN diberi tajuk “Gerak Anak di Bakul Budaya.”
Pada 2024, “Gerak Anak di Bakul Budaya” memanjakan anak-anak dengan menyediakan panggung untuk mereka berekspresi–menari, mendongeng, bernyanyi, berpuisi, dan ber-fashion show, serta arena untuk mereka bermain dari galasin, engklek, lompat karet, hingga Pancasila Lima Dasar, dan ular naga.
Tahun ini, “Gerak Anak di Bakul Budaya 2025” dengan tema “Sehari Happy tanpa HP” mengajak anak-anak berusia 5-17 tahun menikmati hari itu tanpa memegang HP dan duduk lesehan terpisah dari para guru atau orangtua yang mengantar mereka. Itu bukan untuk menentang keberadaan HP, melainkan untuk memberi pilihan kepada anak-anak bahwa dunia mereka tidak “selayar HP” saja.
“Acara ‘Gerak Anak di Bakul Budaya,’ yang diselenggarakan untuk yang kedua kalinya ini mengambil tema ‘Sehari Happy tanpa HP.’ Dengan kegiatan ini, Bakul Budaya ingin memberikan ruang berekspresi, berkreasi, bermain, dan berinteraksi kepada anak-anak di Hari Anak Nasional (HAN). Kegiatan ini juga bertujuan mengedukasi masyarakat, khususnya orangtua dan pendidik, bahwa dengan memberikan ruang dan sarana bermain yang menarik kepada anak-anak, mereka bisa lho tetap happy tanpa HP. Terbukti, dari pagi hingga siang di Bakul Budaya, anak-anak bergembira mengikuti dan menikmati semua acara yg sudah disusun panitia,” tutur Ketua Umum Bakul Budaya, Dewi Fajar Marhaeni.
“Sejak awal diadakannya ‘Gerak Anak di Bakul Budaya’ tahun lalu, Bakul Budaya ingin anak-anak menjadi subyek yang bergerak, bukan sebagai obyek dari kegiatan-kegiatan HAN. Mereka tidak perlu kok difoto sebagai penerima sembako, misalnya. Pada HAN ini justru mereka diberikan haknya untuk berbahagia sebagai anak Indonesia,” lanjutnya.

“Tahun ini kami menyasar sekolah-sekolah dan anak-anak dari sekolah-sekolah yang belum mendapatkan banyak kesempatan unjuk kebolehan, dari pinggiran Jakarta dan Depok. Kali ini juga kami merangkul anak-anak berkebutuhan khusus dan komunitas anak jalanan. Sebagai komunitas yang inklusif, kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak dengan berbagai latar belakang. Dengan ini juga kami ingin mengajak anak-anak untuk bersosialisasi secara sehat. Terbukti hari ini kita bisa melihat anak-anak bisa berinteraksi satu sama lain tanpa sekat,”tutur Dewi lagi.
Wakil Dekan I (Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan) FIB UI, Dr. Untung Yuwono, S.S., M.A.; Ketua Ikatan Alumni (Iluni) FIB UI, Patria Ginting; dan Ratu Febriana Erawati, mantan Ketua Iluni FIB UI yang jadi salah satu donatur acara tersebut, hadir dalam kegiatan itu. Mereka memberi respons positif atas penyelenggaran kegiatan tersebut.
“FIB UI sangat mengapresiasi Bakul Budaya yang berinisiatif dan secara berkelanjutan mengadakan peringatan Hari Anak Nasional. Apalagi, peringatan tahun 2025 ini di FIB UI, seperti tahun lalu, melibatkan banyak anak. Ini adalah perayaan yang sangat penting, karena anak adalah aset bangsa. Dengan perayaan ini, anak-anak dipahamkan kembali sedari dini bahwa mereka adalah bagian yang penting dari bangsa ini di masa depan, sehingga mereka akan lebih siaga mengantisipasi hal yang negatif yang bisa mengancam masa depan mereka,” ujar Untung.
“‘Sehari Happy tanpa HP,’ misalnya, yang dibawa sebagai tema kegiatan Bakul Budaya, dan mengganti HP dengan menyaksikan pentas teater dengan cerita rakyat dan bermain permainan anak tradisional, membawa mereka pada kegiatan yang tidak kalah, bahkan lebih, mengasyikkan daripada bermain games di HP, karena mereka langsung berinteraksi dengan teman-teman. Mereka diingatkan kembali untuk terus berteman, berinteraksi langsung dengan teman dan orangtua ataupun guru,” ujarnya lagi.

“Yang lebih penting lagi, pengenalan keragaman budaya perlu dilakukan sejak dini. Sambil menonton teater, anak-anak diingatkan pada latar belakang budaya cerita. Sambil bermain, anak-anak diperkenalkan pada asal-usul permainan. Misi yang dibawa Bakul Budaya, yaitu mendekatkan keberagaman budaya bagi masyarakat, tidak terkecuali pada anak, sangat penting,” ucapnya.
Sementara itu, “Iluni FIB UI sangat mendukung acara Bakul Budaya yang ingin membuat cerita-cerita rakyat Indonesia kembali menjadi populer di antara anak-anak. Dari cerita-cerita rakyat itu, bisa ditanamkan dan diperkuat nilai-nilai luhur yang menjadi bekal anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hebat,” kata Patria.