Nasional

Indonesia Bangun Ketahanan Resistensi Antimikroba

×

Indonesia Bangun Ketahanan Resistensi Antimikroba

Sebarkan artikel ini
Survei penggunaan antimikroba di peternakan petelur (Foto: FAO/Sadewa)

SinarHarapan.id – Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), World Health Organization (WHO), dan World Animal Health Organisation (WOAH) mengumumkan keberhasilan penyelesaian proyek resistensi antimikroba Multi-Partner Trust Fund (AMR MPTF) di Indonesia, Selasa (27/6).

Organisasi Tripartit (FAO, WHO, dan WOAH) bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam proyek AMR MPTF, membantu Indonesia dalam pengendalian AMR dengan pendekatan One Health sejak 2021.

Proyek tersebut fokus pada penguatan sistem penggunaan antimikroba (AMU) dan penurunan laju AMR melalui promosi penggunaan antimikroba secara bijak di bawah program penatagunaan antimikroba (AMS) serta Pencegahan dan Pengendalian Infeksi – Air, Sanitasi dan Kebersihan (IPC-WASH) di sektor-sektor penting pada rantai distribusi antimikroba untuk kesehatan manusia dan hewan.

Pada 2022, United Nations Environment Programme (UNEP) bergabung dalam kemitraan dan membentuk Quadripartite (FAO, WHO, WOAH, dan UNEP) melengkapi dukungan dari sektor lingkungan dalam pencegahan AMR di Indonesia.

Talk show penutupan proyek AMR MPTF di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementan-Kemenkes-Tripartit (FAO-WHO-WOAH) (Foto: FAO/Eko Prianto)

“Upaya bersama yang dilakukan dalam proyek MPTF sejak 2021 hingga 2023 telah membantu pemerintah, terutama dalam mendorong implementasi Rencana Aksi Nasional untuk Pengendalian AMR di Indonesia tahun 2020-2024,” kata Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

“AMR adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat global dan pembangunan ekonomi, dan program ini telah meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan utama dalam mengurangi dampak AMR pada manusia, hewan, dan lingkungan dengan adanya saling sinergi,” lanjut Nuryani.

“Proyek MPTF AMR telah memberikan data yang dapat ditindaklanjuti, memungkinkan kami untuk memperkuat implementasi tingkat selanjutnya dalam memerangi AMR di negara ini di tahun-tahun mendatang,” kata Dr. Yanti Herman, Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

“Pendekatan dan kolaborasi multisektoral selama proyek ini telah mengajarkan kepada kami bahwa kita dapat dan harus terus bekerja sama dalam memerangi AMR di Indonesia.”

Melalui kerja sama selama tiga tahun, Indonesia telah meningkatkan sistem ketahanan AMR dengan pendekatan One Health.

Proyek tersebut telah memberikan informasi penting dasar mengenai IPC-WASH dan AMS di puskesmas, rumah sakit, dan peternakan, serta Knowledge, Attitude and Practice (KAP) tentang AMR pada petugas kesehatan dan peternak ayam petelur.

Proyek tersebut juga membantu peternakan memperoleh sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yang merupakan jaminan pemerintah untuk produk makanan yang aman.

Keterlibatan sektor swasta juga meningkat, seperti 20 perusahaan farmasi menggunakan panduan nasional untuk pemeriksaan bersama rantai distribusi antimikroba.

Selain itu, proyek tersebut juga membuat alat Monitoring dan Evaluasi (M&E) untuk Rencana Aksi Nasional AMR 2020-2024 untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas tindakan pengendalian AMR di Indonesia.

Lebih dari 50 peserta dari lembaga, kementerian, serta asosiasi lintas sektor mendiskusikan pencapaian dan praktik terbaik dari proyek ini serta terlibat dalam diskusi yang dinamis untuk merumuskan rencana ke depan guna menjaga keberlanjutan dalam upaya pencegahan AMR.

Perwakilan Kemenko PMK, Kementan, Kemenkes, Tripartit (FAO-WHO-WOAH), dan BPOM (Foto: FAO/Eko Prianto)

“Dengan ditutupnya proyek AMR MPTF, FAO tentunya berharap seluruh pemangku kepentingan dapat mempertahankan upaya yang dilakukan di bawah proyek ini dan terus melakukan perkembangan dalam pengendalian AMR dengan mengajukan pendekatan baru dan inovatif untuk mengatasi tantangan baru,” kata Rajendra Aryal, perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, mengapresiasi kontribusi penting dari seluruh pemangku kepentingan.

Rajendra menegaskan bahwa komitmen kuat Indonesia melawan AMR terwujud dengan kerja sama yang erat antara semua pihak terkait dengan menggunakan pendekatan One Health.

Adapun Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan mengatakan bahwa menghadapi tantangan AMR memerlukan koordinasi yang kuat di dalam dan pada lintas sektor.

“Proyek MPTF ini telah memberikan pelajaran penting tentang bagaimana bekerja bersama. Data yang dihasilkan juga penting untuk tindakan kebijakan dalam mengembangkan rencana pengendalian AMR di masa mendatang,” kata Dr. Paranietharan.

Dr. Ronello Abila, Perwakilan Sub-Regional untuk Asia Tenggara, mengapresiasi kontribusi pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan terkait dalam mengatasi kesenjangan peningkatan kesadaran dan komunikasi untuk memitigasi risiko AMR.

“Kami mendorong advokasi dan strategi komunikasi menggunakan pendekatan One Health dan materi komunikasi yang dihasilkan dari proyek AMR MPTF ini untuk membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman pemangku kepentingan tentang AMR di Indonesia,” kata Abila.

“Proyek ini juga telah melibatkan perusahaan farmasi hewan Indonesia untuk mendapatkan komitmen mereka dalam memperlancar penerapan strategi AMR yang ada. Penting juga bagi kami melibatkan jurnalis Indonesia dari berbagai media yang dapat membantu menyampaikan pesan kunci kepada khalayak yang lebih luas,” pungkas Abila.