SinarHarapan.id, Jakarta—Pemanfaatan teknologi internet of things (IoT) dengan unsur-unsurnya seperti konektivitas, artificial intelligence (AI), perangkat sistem kecil, sensor, dan active engagement akan membuka kesempatan dalam meningkatkan pengembangan ekosistem digital di perpustakaan.
Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menyatakan dalam menghadapi era digital, perpustakaan dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman. Transformasi perpustakaan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Perpustakaan itu tugasnya menghubungkan antara sejarah masa lampau, masa kini, dan yang akan datang,” ucapnya dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Koleksi Nasional dengan tema Peluang Pemanfaatan Internet of Things untuk Pengembangan Koleksi Perpustakaan yang digelar secara hybrid, Kamis (15/9/2022).
Kepala Perpusnas menyebut sejauh ini, pihaknya telah melakukan sejumlah inovasi melalui penerapan teknologi informasi sebagai sarana pendukung dalam aktivitas untuk mendapatkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam kompleksitas layanan perpustakaan.
Senada, Kepala Pusat Data dan Informasi, Perpusnas, Taufiq A. Gani, menjelaskan bahwa Perpusnas telah menginisiasi pengumpulan konten oleh seluruh pustakawan di institusinya agar kelak menjadi pengetahuan bagi bangsa Indonesia. Langkah tersebut diambil dalam upaya menjadikan Perpusnas sebagai pusat repositori pengetahuan bagi bangsa Indonesia.
“Melihat perkembangan terkini, ada perubahan cara baca di masyarakat. Terdapat pula pergeseran dari membaca menjadi menonton visual. Jadi, sekarang masyarakat cenderung lebih dulu mencari referensi cepat, baru setelahnya mencari buku untuk informasi yang lebih detailnya,” ungkapnya.
Rektor Universitas Pradita, Eko Indrajit, di kesempatan yang sama memaparkan perpustakaan modern berbasis teknologi informasi sebagai pusat ilmu pengetahuan memerlukan empat pilar. Sebagai penopang, perpustakaan harus memiliki koleksi konten berbasis multimedia, rentang jaringan aneka pusat pengetahuan, jenis layanan dan ragam aplikasi, serta sumber daya fasilitas dan sarana prasarana.
“Perpustakaan di masa mendatang bukan lagi sebagai sebuah tempat melainkan sebagai sebuah platform karena layanannya akan menjadi lebih fleksibel dan terbuka,” jelasnya.
Dalam hal pengembangan koleksi perpustakaan dengan memanfaatkan IoT, Direktur Perpustakaan UBAYA, Amirul Ulum, menerangkan ada enam tanggung jawab yang harus diperhatikan yakni proses seleksi, reviu dan negosiasi, penulisan dan revisi, evaluasi, aksesibilitas dan respon, promosi, pemasaran dan interpretasi, serta persiapan anggaran dan alokasi.
Mengacu kepada International Telecommunication Union (ITU), IoT dijadikan sebagai infrastuktur global untuk masyarakat informasi yang memungkinkan layanan untuk dioperasikan dengan menghubungkan segalanya, baik secara fisik maupun virtual, berdasarkan TIK yang ada dan berkembang.
Ketua Umum ASIOTI, Teguh Prasetya MWP, menekankan potensi utama dari implementasi AI dan IoT antara lain penurunan biaya operasional, peningkatan keamanan, peningkatan kualitas kontrol, dan peningkatan pendapatan.
Sementara itu, Direktur Utama CV Sagung Seto, Miyoto menegaskan tren penerbitan buku bertajuk teknologi, isinya digunakan sebagai sumber pembelajaran. Adapun kontennya terdiri dari ebook, artikel, berita, biografi, media, project, untuk fakultas, dan lainnya. (Van)