Nasional

Jakarta Terancam Krisis Air, Universitas Pertahanan Gelar Seminar Water Security

×

Jakarta Terancam Krisis Air, Universitas Pertahanan Gelar Seminar Water Security

Sebarkan artikel ini
Rektor Universitas Pertahanan Letjen TNI Jonni Mahroza, Ph.D. (Foto: Unhan)

SinarHarapan.id – Krisis air bersih menjadi salah satu ancaman paling nyata yang akan dihadapi Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia. Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa memperkirakan seluruh dunia akan mengalami krisis air pada 2025.

PBB memperkirakan pada 2030 kebutuhan air bersih dunia akan meningkat 40 persen dari ketersediaan saat ini akibat perubahan iklim. Sebelas kota yang terancam mengalami krisis air, salah satunya adalah Jakarta. Selain itu, Sao Paulo-Brasil, Bangalore-India, Beijing-China, Kairo-Mesir, Moskow-Rusia, Istanbul-Turki, Mexico City, London-UK, Tokyo-Jepang, dan Miami-USA.

“Kondisi water security di Indonesia saat ini sedang menuju krisis air,” kata Letjen TNI Jonni Mahroza, Rektor Universitas Pertahanan RI dalam Seminar Water Security-Technology for Indonesia di Universitas Pertahanan (Unhan), Sentul, Jumat (22/9).

Kondisi tersebut ditandai dengan terjadinya kekeringan di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, Gunung Kidul, Jawa Tengah, serta terjadinya banjir di sejumlah tempat sebagai dampak dari perubahan iklim.

Water security adalah kemampuan untuk memastikan akses terhadap air yang berkelanjutan dan dalam jumlah yang cukup untuk kehidupan yang baik, pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

Saat ini penurunan ketersediaan air yang merata diperkirakan akan terjadi di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara selama periode 2020-2045. Dampak ekonomi diperkirakan mencapai Rp 27,9 triliun.

Ketahanan air juga berdampak pada penurunan ketahanan pangan di Indonesia. Produksi padi diperkirakan turun 25 persen pada periode 2020-2045 di sejumlah provinsi di Indonesia seperti Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara.

Di Pulau Jawa dan Sumatera, yang merupakan psuat produksi berat, diperkirakan mengalami penurunan sekitar 10-17,5 persen. Penurunan produksi padi akibat perubahan iklim tersebut diperkirakan berdampak kerugian sebesar Rp 77,9 triliun.

Perubahan suhu dan pola hujan juga meningkatkan populasi vektor penyebab penyakit seperti demam berdarah (DBD), malaria dan pneumonia. Proyeksi potensi kerugian ekonomi di sektor kesehatan akibat DBD saja diperkirakan mencapai Rp 31,3 triliun pada periode 2020-2024.

Tindakan mitigasi yang tepat diperlukan untuk memperkuat ketahanan air  (water security) dan mencegah kerugian negara yang lebih besar. Water security sangat penting karena peran ketahanan air yang sangat vital dalam konteks supply chain berkelanjutan demi menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara.

“Krisis air ke depan dapat memicu perang antar negara, hal ini disebabkan nilai vital air yang mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Letjen Mahroza.

Seminar Water Security-Technology for Indonesia terselenggara dengan kerja sama antara Universitas Pertahanan dengan Indonesia Business Post.   “Sebanyak 15 perusahaan dan pakar teknologi ketahanan air diundang berdasarkan harapan Menteri Pertahanan RI dan Rektor Unhan bahwa teknologi mereka dapat mendukung revolusi manajemen air dan ketahanan air di Indonesia,” kata Annelis Putri, pendiri sekaligus Direktur Indonesia Business Post.

Pada kesempatan yang sama terjalin Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Universitas Pertahanan dengan tiga perusahaan Prancis dan Swedia.

Osmosun, perusahaan Prancis, memiliki teknologi untuk menggunakan energi surya sebagai sumber daya utama untuk proses desalinasi air. Osmosun meneken MoU kerja sama untuk melaksanakan program akses air untuk pulau-pulau terpencil, daerah yang sulit mendapatkan pasokan air bersih, serta komunitas yang tidak memiliki akses mudah ke sumber air tawar di Indonesia.

Blue Water, perusahaan Swedia yang memiliki teknologi solusi air darurat, yang dirancang khusus untuk situasi darurat seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, atau konflik-konflik lainnya. Blue Water akan bekerja sama dengan Unhan RI untuk meningkatkan akses air bagi warga di daerah bencana atau konflik.  Kerja sama ini memungkinkan tim tanggap darurat untuk dengan cepat mendapatkan  akses ke air bersih yang murni, bahkan dari sumber air yang sangat tercemar.

Terakhir, Ellipse Projects, perusahaan asal Prancis, yang akan bekerja sama dengan Unhan RI dalam program penelitian digital bersama ketahanan air.