Internasional

Jembatan Persahabatan dari Teluk ke Nusantara

×

Jembatan Persahabatan dari Teluk ke Nusantara

Sebarkan artikel ini

Uni Emirat Arab (UEA) merayakan Hari Nasional ke-54, sebuah perayaan yang tak hanya menandai perjalanan sebuah negara di Timur Tengah, tetapi juga babak baru hubungan persahabatan yang kian erat dengan Indonesia.

Sinarharapan.id – Irama musik khas Emirat menyambut para tamu ketika lampu-lampu ballroom Raffles Hotel Jakarta menyala hangat, Kamis (27/11). Malam itu, Uni Emirat Arab (UEA) merayakan Hari Nasional ke-54, sebuah perayaan yang tak hanya menandai perjalanan sebuah negara di Timur Tengah, tetapi juga babak baru hubungan persahabatan yang kian erat dengan Indonesia.

Di antara para tamu kehormatan yang hadir tampak Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko PMK Pratikno, Ketua DPD Sultan Bachtiar Najamudin, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta mantan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Para duta besar negara sahabat turut memberikan nuansa diplomatik yang hangat, menandakan pentingnya acara tersebut di mata komunitas internasional.

Kebersamaan sebagai Pondasi

Duta Besar UEA untuk Indonesia dan ASEAN, Abdullah Salem Al-Dhaheri, berdiri di podium dengan senyum lebar. “Selamat malam dan selamat datang,” ujarnya dalam bahasa Indonesia sebelum menyampaikan pidato utama dalam bahasa Arab. Dengan tema Bersatu, ia menggambarkan Hari Nasional UEA sebagai momentum memperkokoh nilai dasar bangsa: persatuan, kolaborasi, dan aksi bersama.

Dubes menegaskan bahwa sejak berdirinya federasi UEA pada 2 Desember 1971, para pemimpin negeri itu menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan. “Rakyat memajukan negaranya, dan negara maju bersama rakyatnya,” tuturnya. Ia kemudian memaparkan berbagai capaian UEA—dari eksplorasi ruang angkasa, energi bersih, hingga peluncuran model kecerdasan buatan berbahasa Arab pertama di dunia.

Menurutnya, semua langkah itu lahir dari visi kepemimpinan yang jauh ke depan, termasuk We the UAE 2031 dan UAE Centennial 2071, dua strategi jangka panjang yang menekankan inovasi dan keberlanjutan.

Namun bagian yang paling menarik perhatian hadirin adalah saat Dubes Al-Dhaheri berbicara tentang Indonesia. Suaranya menghangat, dan kata-katanya mengalir tulus. “Sebuah kebahagiaan bagi kami untuk merayakan hubungan strategis UEA dan Indonesia yang terus berkembang pesat,” ujarnya.

Perdagangan kedua negara mencapai US$ 5,5 miliar pada 2024, meningkat 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Investasi UEA di Indonesia bahkan telah melampaui US$ 14 miliar, sementara kerja sama pembangunan mencapai US$ 260 juta.

Pada tahun 2026, Indonesia dan UEA akan menandai 50 tahun hubungan diplomatik. Dubes menyebutnya “tonggak bersejarah yang menegaskan bahwa jembatan persaudaraan kedua negara semakin kokoh dari waktu ke waktu.”

Kolaborasi Nyata Dua Bangsa Sahabat

Ketika tiba giliran Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, suasana ruangan kembali riuh oleh tepuk tangan. Dalam sambutannya, Airlangga menegaskan bahwa persahabatan kedua negara tidak berhenti pada hubungan baik, tetapi menghasilkan kolaborasi-kolaborasi konkret.

Ia menyebut peresmian Indonesian Emirates Cardiology Hospital oleh Presiden Prabowo Subianto pekan lalu sebagai tonggak penting kerja sama kesehatan. Tepuk tangan kembali menggema. “Ini menjadi milestone signifikan dalam hubungan bilateral kita,” kata Airlangga.

Ia juga menyampaikan apresiasi atas pembangunan Masjid Sheikh Zayed di Solo, yang telah menjadi simbol ikatan spiritual dan kultural kedua bangsa. Masjid itu diresmikan Presiden Joko Widodo bersama saat itu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan kini menjadi salah satu rumah ibadah paling indah di Indonesia.

Dari kerja sama perdagangan hingga energi terbarukan, hubungan ekonomi Indonesia–UEA berkembang pesat. Airlangga menyoroti kesepakatan energi bersih antara Masdar dan PLN dalam proyek PLTS terapung Cirata, Jawa Barat, yang kini beroperasi penuh. Proyek ini merupakan salah satu pembangkit tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara.

Ia juga menegaskan pentingnya Indonesia–UAE Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang mulai diberlakukan 1 September 2023. Perjanjian itu diproyeksikan meningkatkan ekspor Indonesia hingga US$ 4,2 miliar pada 2030.

“UEA adalah mitra penting dalam upaya bersama memajukan perdagangan, investasi, energi terbarukan, dan pembangunan berkelanjutan,” ujar Airlangga.

Pada tingkat global, kedua negara juga bekerja sama erat dalam berbagai forum multilateral, termasuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan KTT Darurat Arab-Islam yang membahas krisis Gaza. “Indonesia dan UEA berbagi komitmen terhadap perdamaian, toleransi, serta penolakan terhadap ekstremisme,” tambah Airlangga.

Jembatan Budaya yang Menghangatkan Malam

Perayaan malam itu tidak hanya berisi pidato. Kehadiran seniman dan anak-anak muda dari UEA menghadirkan nuansa budaya yang memikat. Lagu kebangsaan kedua negara dibawakan Ananda Ahmed Al Hashemi dengan indah, memperlihatkan bagaimana seni dapat menjembatani dua bangsa.

Di sisi lain ruangan, karya perancang busana Emirat, Sheikha Al Ghaithi, menghadirkan pameran artistik yang memadukan warisan budaya UEA dan modernitas. Tarian Al Ain Youth Folk Arts Troupe membuat pengunjung terpukau, seperti membawa secuil gurun Abu Dhabi ke tengah Jakarta.

Dalam puncak acara, Dubes Al-Dhaheri menutup sambutannya dengan pantun, disambut senyum para tamu:

Dari Teluk hingga Nusantara
Terjalin erat jembatan terjaya
UEA dan Indonesia bersaudara
Hubungan kokoh sepanjang masa.

Airlangga pun membalas dengan nada jenaka:
Ikan hiu berenang ke Pantai Barat,
I love you United Arab Emirates…

Tawa pun pecah di antara para hadirin. Malam itu tak hanya menjadi seremoni formal, melainkan perayaan kehangatan yang terasa harmoni. Ditambah dengan lezatnya hidangan yang tersedia, mulai dari burrata khas Italia, hingga nasi ghoozi dan es krim yang menggoyang lidah.

Es krim yang lezat menutup rangkaian hidangan yang tersaji di Perayaan Hari Nasional Uni Emirat Arab.

Dari Perayaan Menuju Masa Depan

Perayaan Hari Nasional UEA ke-54 di Jakarta bukan sekadar ritual tahunan. Ia menjadi cermin harmoninya kerja sama dua negara yang tumbuh bukan hanya di atas kepentingan ekonomi, tetapi juga penghargaan, persahabatan, dan keinginan berbagi masa depan bersama.

Dalam 50 tahun terakhir, hubungan Indonesia–UEA telah berkembang menjadi kemitraan strategis yang saling menguatkan. Dan sebagaimana disampaikan Dubes Al-Dhaheri, “Dari Teluk hingga Nusantara, jembatan kepercayaan itu semakin teguh.”

Pada akhir malam, para tamu berjalan keluar ballroom dengan senyum hangat. Dari diplomasi hingga budaya, dari perdagangan hingga teknologi, Indonesia dan UEA menunjukkan bahwa persahabatan antarbangsa bisa tumbuh seindah cahaya yang berpendar di langit Jakarta malam itu.