Program MTN Seni Budaya menjadi komitmen nasional untuk mengidentifikasi dan mengembangkan talenta seni. Program ini menyediakan ruang penciptaan bagi para penulis dalam lokakarya tersebut. Direktur Jenderal Kebudayaan Ahmad Mahendra menyebut kolaborasi ini sebagai pintu masuk penulis daerah ke industri buku nasional.
Pear Press mengkurasi peserta dari daftar panjang penulis emerging di festival Ubud, Makassar, dan Sayembara Novel DKJ 2025. Lokakarya mengajak mereka membentuk suara khas dan mempelajari positioning karya. General Manager Pear Press Namura Daufina menekankan pentingnya citra penulis di era persaingan media sosial ini.
Nathalie Indry memandu sesi yang menghadirkan pemateri dari kalangan penerbit dan penulis profesional. Christina M. Udiani dari KPG membongkar selera penerbit terhadap naskah. Felix K. Nesi berbagi tips menyiapkan premis kuat dan teknik mempromosikan diri ke penerbit.
Peserta langsung mengerjakan kertas kerja dan mendapat review singkat dari perwakilan penerbit. Novka Kuaranita (Penerbit Buku Kompas), Ardhias Nauvaly (Bentang Pustaka), dan Rae Fadillah (Warning Books) memberikan umpan balik langsung. Mereka memberikan masukan dari sudut pandang industri kepada para penulis muda.
Felix K. Nesi menyarankan penulis untuk memetakan penerbit yang cocok dengan naskahnya. Ia menekankan pentingnya targeting dan penyesuaian agar naskah menembus meja redaksi. Menurutnya, penulis harus aktif mencari tahu kebutuhan spesifik setiap penerbit.
Christina M. Udiani mengimbau penulis untuk proaktif menindaklanjuti naskah yang telah dikirim. Ia membeberkan bahwa ratusan naskah bisa masuk ke penerbit dalam satu waktu. Penulis harus terus mengejar kepastian dan tidak hanya menunggu dalam diam.
Peserta seperti Alghifahri Jasin mengapresiasi langsungnya diskusi dengan penerbit. Ia menilai lokakarya ini menyembatani jarak antara penulis dan penerbit. Proses produksi karya pun jadi lebih terarah setelah mengetahui ekspektasi industri.
PearFest 2025 mengusung tema besar “The Age of Unlearning” untuk mendobrak batasan. Harapannya, 14 peserta awal ini membuka jalan bagi lebih banyak penulis muda di Indonesia. Festival ini ingin menjadi medium advokasi suara generasi muda yang berani berubah.