Ekonomi

Kontribusi Astra melalui YDBA untuk UMKM di Manggarai Barat, NTT

×

Kontribusi Astra melalui YDBA untuk UMKM di Manggarai Barat, NTT

Sebarkan artikel ini

Astra melalui YDBA berupaya untuk menjalankan kontribusi sosialnya di Manggarai Barat, NTT dengan melakukan pembinaan kepada UMKM pertanian, salah duanya adalah komoditas vanili di Desa Loha dan mete di Desa Repi.

SinarHarapan.id – Ketua Ketua Kelompok Aroma Tani Vanili Desa Loha, Godefridus (kanan) saat menunjukkan komoditas vanili yang dibudidayakannya setelah mengikuti pembinaan dari Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) kepada Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo (kedua kiri); Sekretaris Pengurus YDBA dan Ema Poedjiwati Prasetio (kiri) dalam kunjungannya di Desa Loha Kab. Manggarai Barat (10/02). Sejak 2021 Astra melalui YDBA berupaya untuk menjalankan kontribusi sosialnya di Manggarai Barat, NTT dengan melakukan pembinaan kepada UMKM pertanian, salah duanya adalah komoditas vanili di Desa Loha dan mete di Desa Repi. Selain untuk mendukung kemandirian UMKM, keberadaan Astra melalui YDBA di wilayah tersebut dengan harapan bisa menjadikan para petani di wilayah tersebut memiliki mindset sebagai pengusaha.

Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) berupaya untuk menjalankan kontribusi sosialnya di wilayah tersebut dengan melakukan pembinaan kepada UMKM pertanian, salah duanya adalah komoditas vanili di Desa Loha dan mete di Desa Repi. Selain untuk mendukung kemandirian UMKM, keberadaan Astra melalui YDBA di wilayah tersebut dengan harapan bisa menjadikan para petani di wilayah tersebut memiliki mindset sebagai pengusaha.

Astra hadir bukan dengan pendekatan pembinaan yang instan bagi para UMKM binaannya. Astra melalui YDBA hadir membina UMKM dengan pendekatan yang terstruktur dan mengutamakan pola pikir atau perubahan mindset bagi UMKM binaannya. Sehingga, para UMKM binaannya bisa memiliki pola pikir sebagai pengusaha, bukan sebagai petani maupun UMKM.

Saat ini para petani telah berhasil merubah model bisnis yang semula memasarkan produk vanili basah ke tengkulak dengan harga Rp100ribu/ kg menjadi vanili kering dengan harga Rp 400ribu – Rp 1,3 juta/ kg. Berkat komitmen dan konsistensinya juga, para petani memahami standar QCD (quality, cost, delivery) untuk kualitas ekspor. Dan terbukti, saat ini para petani berhasil memasarkan produknya hingga ke Negeri Sakura dan Negeri Ginseng. Foto: SHID/HO.