SinarHarapan.id-Lanskap industri televisi (TV) nasional dinilai sudah berubah signifikan sejak terjadinya disrupsi teknologi. Perubahan ini ditandai dengan terjadinya pergeseran pola perilaku penonton, iklan dan perubahan konten.

“Selama dua dekade setelah Undang-Undang Penyiaran pada tahun 2001 ada banyak perubahan yang sangat signifikan di lanskap industri media televisi. Terutama, karena munculnya faktor-faktor digital menggeser pola konsumsi dan perilaku konsumen media,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, dalam keterangannya terkait Pelantikan Pengurus Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Periode 2023-2026 di Jakarta, pada Selasa (16/1/2024).

Menurut Wamen Nezar, pelaku industri televisi yang tergabung dalam ATVSI perlu beradaptasi dalam menghadapi tantangan disrupsi digital yang mengubah lanskap industri televisi.

Sebab, disrupsi teknologi yang menjadikan perubahan penyiaran teresterial menjadi digital membawa banyak konsekuensi, salah satunya berkaitan dengan iklan.

“Ini persis apa yang terjadi di Thailand kira-kira lima tahun yang lalu ketika mereka melakukan switch siaran analog ke digital. Pertumbuhan iklannya stagnan atau tetap, tidak ada pertumbuhan yang signikan, pemainnya bertambah,” ungkapnya.

Wamenkominfo mengatakan, pelaku industri televisi di Indonesia harus merumuskan ulang strategi bisnis mereka.

Terlebih, kehadiran platform digital bukan hanya mendistribusikan konten yang ada di televisi, melainkan juga menjadi bagian dari produksi konten yang bersaing dengan yang dihasilkan oleh televisi.

“Mereka harus merumuskan kembali strategi bisnisnya. Karena apa? Iklannya bertambah, pemainnya banyak. Akhirnya menimbulkan mana yang paling kuat, kreatif, adaptif, bisa bertahan,” kata dia.

Kendati demikian, Wamen Nezar optimistis sektor industri hiburan akan bisa berkembang sebagai salah satu disrupsi bagi televisi siaran, termasuk dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligience (AI).

Dia merujuk pada Data Statista 2023 yang menunjukkan pengguna layanan televisi secara global diproyeksikan akan mencapai 5,7 miliar pengguna pada 2027, atau setara dengan pertumbuhan tahunan 3,66 persen di rentang 2023 – 2027.

Kondisi itu berkontribusi pada pendapatan (revenue) industri TV dan Video di tingkat global yang diperkirakan tumbuh pertahun sebesar 3,04 persen pada periode 2024-2028, mencapai US$805,2 miliar (sekitar Rp 12,5 kuadraliun), dengan segmen advertising sebagai sektor yang tumbuh signifikan.

“Kita lihat kecenderungan di dunia, saat ini pertumbuhan iklan untuk konten-konten hiburan dan juga konten-konten media digital naik cukup signifikan. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang bisa menghasilkan konten-konten dengan cost yang lebih murah,” pungkas Nezar Patria.

Turut hadir dalam acara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Ubaidillah, Ketua Lembaga Sensor Film Rommy Fibri Hardiyanto, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Imam Sudjarwo dan jajaran direktur Lembaga Penyiaran Swasta serta pengurus ATVSI. Sementara Wamenkominfo Nezar Patria didampingi Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail.(isn/infopublik)