SinarHarapan.id – MG Motor Indonesia membuka kemungkinan untuk merakit mobil listrik roadster MG Cyberster secara lokal. Saat ini, dari tiga mobil listrik yang dipasarkan oleh MG di Indonesia, dua di antaranya, yakni New ZS EV dan MG 4 EV, telah dirakit di dalam negeri. Namun, Cyberster masih berstatus Completely Built Up (CBU) atau impor utuh. Meskipun begitu, rencana untuk merakit Cyberster secara lokal tidak tertutup kemungkinan di masa depan.
Muhamad Irvan Mustafa, Head of Marketing MG Motor Indonesia, menyatakan bahwa meskipun belum ada rencana konkret untuk merakit Cyberster secara lokal, keputusan tersebut bergantung pada penerimaan pasar. “Kita akan lihat bagaimana penerimaannya. Kalau memang penerimaan Cyberster besar, tidak menutup kemungkinan akan dirakit di sini,” ujar Irvan dalam wawancara di Jakarta baru-baru ini.
Saat ini, fokus MG Motor Indonesia masih pada produksi massal untuk MG 4 EV dan New ZS EV, yang telah dirakit di Cikarang, Jawa Barat. Kedua model ini dinilai memiliki potensi besar dalam pasar kendaraan listrik lokal, dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan model yang diimpor secara utuh. MG 4 EV, misalnya, mengalami penurunan harga signifikan dari Rp 699,9 juta saat masih berstatus CBU menjadi Rp 433 juta setelah dirakit lokal (CKD).
Irvan menambahkan, meskipun Cyberster masih tergolong dalam kategori mobil premium dengan harga Rp 1,688 miliar (OTR Jakarta), tidak menutup kemungkinan harganya akan turun jika proses produksi dipindahkan ke Indonesia. Hal ini mengikuti pola yang terjadi pada model MG 4 EV, di mana biaya produksi lokal mampu menekan harga jual secara signifikan.
Peluncuran MG Cyberster di Indonesia telah dilakukan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Mobil ini menjadi daya tarik utama dengan desain futuristik dan performa tinggi yang menawarkan pengalaman berkendara yang berbeda. Sebagai kendaraan listrik roadster, Cyberster mengincar segmen pasar yang lebih eksklusif dibandingkan MG 4 EV dan ZS EV.
Keputusan untuk merakit Cyberster secara lokal juga akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kesiapan pasar dan kapasitas produksi di Indonesia. Jika permintaan Cyberster meningkat, MG Motor Indonesia dapat mempercepat transisi dari CBU ke CKD. Selain menekan biaya, langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong produksi dan adopsi kendaraan listrik lokal melalui berbagai insentif.
Keberhasilan MG dalam merakit lokal MG 4 EV dan ZS EV memberikan keyakinan bahwa potensi serupa bisa terjadi pada Cyberster. Dengan harga yang lebih kompetitif, Cyberster berpeluang menarik minat lebih banyak konsumen di Indonesia, terutama di segmen premium. Seiring berkembangnya industri kendaraan listrik di Tanah Air, peluang untuk memperluas produksi lokal kendaraan listrik seperti Cyberster semakin terbuka.
Dengan mempertimbangkan peluang tersebut, masa depan MG Cyberster di Indonesia terlihat menjanjikan, terutama jika strategi perakitan lokal terbukti berhasil dalam menurunkan harga jual dan memperluas basis konsumen. (rht)