Gaya Hidup

Momen Bersejarah Pertemuan Diponegoro dan De Kock di kemas dalam Teater berjudul ‘135 Menit’

×

Momen Bersejarah Pertemuan Diponegoro dan De Kock di kemas dalam Teater berjudul ‘135 Menit’

Sebarkan artikel ini

Pementasan teater tentang peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, pertemuan ini menjadi salah satu titik balik dalam perjuangan bangsa

Pertandingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock pada 28 Maret 1830 di Magelang. Foto: Rudolf Adji

SinarHarapan.id – Galeri Indonesia Kaya baru saja menghadirkan pementasan teater berjudul ‘135 Menit’ , yang merupakan karya dari kelompok teater Stages Of Wawan Sofwan (SOWS) asal Bandung.

Pementasan ini mengangkat peristiwa penting dalam sejarah Indonesia: pertemuan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock pada 28 Maret 1830 di Magelang. Meskipun berlangsung hanya selama 135 menit, pertemuan ini menjadi salah satu titik balik dalam perjuangan bangsa.

Pertunjukan ini mengajak penikmat seni untuk merenungkan momen bersejarah tersebut dalam suasana yang sunyi dan menegangkan. Dalam waktu sekitar satu jam, alur perundingan antara Diponegoro dan De Kock disajikan secara mendalam, menghadirkan pertanyaan tentang makna perjuangan, kepercayaan, dan pengkhianatan. Semangat dan tekad Diponegoro yang tak pernah padam menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan yang terus dihidupkan melalui pementasan ini.

Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya, menyatakan bahwa “Pementasan‘135 Menit’ sejalan dengan komitmen galeri untuk menghadirkan karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik masyarakat tentang sejarah dan budaya bangsa. Ia menekankan pentingnya seni dalam menjaga ingatan kolektif dan mengajak publik untuk mengenang serta menghargai nilai-nilai perjuangan dari para pendahulu”, jelasnya.

Jenderal De Kock

Willem Bevers, yang memerankan Jenderal De Kock, menjelaskan bahwa “Karakter De Kock menggambarkan kompleksitas kekuasaan dan strategi kolonial. Ia menyampaikan melalui perannya bahwa sejarah melibatkan lebih dari sekadar rangkaian kejadian; di balik itu, terdapat mekanisme kekuasaan yang sering kali menghancurkan, katanya.
Keberadaan De Kock dalam pementasan mencerminkan sisi gelap dari perundingan kolonial yang jarang terlihat oleh masyarakat.

Sementara itu, pemeran Diponegoro, Nusa, mengungkapkan bahwa interpretasi sosok Pangeran Diponegoro di atas panggung memberinya ruang untuk mendalami makna perlawanan.
“Dirinya merasakan bahwa peran tersebut melekat pada sosok yang penuh dengan keberanian dan kehormatan. Nusa menekankan bahwa pertunjukan ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi bagaimana generasi saat ini memperoleh inspirasi dari perjuangan tersebut” ujarnya.

Moment Jenderal De Kock untuk menangkap Pangeran Diponegoro saat perundingan

Sutradara Wawan Sofwan menambahkan bahwa pementasan ini merupakan kontribusi untuk mengangkat kembali perjalanan seorang pahlawan bangsa. Ia berharap pertunjukan ini berfungsi sebagai pengingat tentang 200 tahun Perang Jawa dan memberikan pengalaman yang mendalam bagi penonton. Wawan menyatakan bahwa melalui SOWS, ia berkomitmen untuk membawa interpretasi yang relevan terhadap naskah-naskah teater baik yang baru maupun klasik.

Kelompok teater SOWS, yang didirikan pada tahun 2020, berfidkomitmen untuk menyajikan karya-karya seni pertunjukan yang dapat merayakan dan menghidupkan narasi dari sejarah dan budaya Indonesia. Dengan pendekatan kreatif, mereka berupaya menjadi media bagi seniman lintas generasi untuk menafsirkan kembali warisan budaya serta menjadikannya relevan bagi penonton modern.

Pementasan ‘135 Menit’ bukan hanya sebuah karya seni, melainkan juga menjadi sarana refleksi tentang peristiwa yang telah membentuk identitas dan karakter bangsa. Dengan suasana teater yang mendalam dan penceritaan yang kaya, pementasan ini berpotensi menghidupkan kembali perbincangan penting mengenai perjuangan dan pengorbanan dalam mencapai kemerdekaan.