SinarHarapan.id – Salah satu desa yang berjarak 120 Km dari Kota Medan, Sumatera Utara, bisa dikatakan menjadi salah satu lumbung cabai terbesar di Sumatera Utara. Dengan lahan seluas 85 hektare, desa ini mampu menghasilkan 18 ton cabai per hari.
Desa tersebut adalah Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, Kamis (18/10/2023).
Desa ini adalah salah satu dari sekian banyak desa yang berada di Kecamatan Lima Puluh Pesisir sebagai penghasil cabai. Salah satu petani cabai yang juga Ketua Kelompok Tani Makmur. Awalnya Desa Lubuk Cuik adalah sentra penanaman padi yang kemudian dicoba untuk ditanami cabai.
Hasilnya adalah kini Desa Lubuk Cuik menjadi salah satu lumbung cabai terbesar di Sumatera Utara. Usai sukses, sekitar tahun 2011 tren menanam cabai pun mulai diikuti oleh puluhan orang. Saat ini lahan cabai semakin bertambah luas, dan diikuti oleh desa-desa di kabupaten yang sama.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyediakan pupuk non subsidi yang bisa dimanfaatkan oleh petani cabai. Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menyatakan, pupuk NPK ditujukan untuk tanaman perkebunan, hortikultura, dan umbi, seperti tembakau kentang, cabai, bawang merah, tomat, serta buah-buahan. Sementara itu, tanaman tembakau sendiri tidak masuk dalam komoditas yang berhak mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) 10 Tahun 2022, tanaman tembakau tidak lagi mendapat alokasi subsidi pupuk, namun demikian Pupuk Indonesia Grup tetap memproduksi pupuk yang bisa dimanfaatkan oleh petani tembakau dengan harga yang kompetitif, yaitu NPK Petro Ningrat.
Pada akhirnya desa-desa lain mengikuti menanam cabai juga seperti Desa Pematang Tengah, Desa Gambus Laut, Desa Perupuk, mereka belajar dari desa sinilah. Sampai menyentuh 500 ha lahan yang dijadikan untuk menanam cabai.
Pada musim panen raya cabai yang diproduksi mencapai 15-18 ton per harinya. Bila merujuk ke harga cabai paling tinggi yang pernah mereka dapatkan yaitu Rp 50.000/kg, Desa Lubuk Cuik mampu meraup omzet sebesar Rp 900.000.000 untuk sekali panen. Foto dan Teks: SHID/Ruht Semiono













