SinarHarapan.id-Indonesia kaya akan keberagaman budaya dan adat istiadat yang terus dipertahankan dan dikembangkan.
Kekayaan budaya ini menjadi identitas, keunikan dan ciri khas setiap daerahnya. Beragam upaya termasuk penyelenggaraan acara digiatkan agar keberadaannya dapat diapresiasi.
Salah satunya Pesta Adat Lom Plai, yang kerap dilakukan suku Dayak Wehea yang ada di Desa Nehas Liah Bing, Kec.Muara Wahau, Kab.Kutai Timur. Sebagai bagian dari penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), Kutai Timur terus mengembangkan potensi seni budaya.
Kegiatan ritual yang dilakukan setelah panen padi ini sudah diselenggarakan secara turun temurun oleh masyarakat dan menjadi agenda tahunan di Kutai Timur, bahkan masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2024.
Ritual ini digelar sebagai bentuk syukur masyarakat suku Dayak Wehea kepada Tuhan atas panen yang melimpah, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pesta adat Lom Plai ini terdiri dari rangkaian acara yang cukup panjang.
Festival Lom Plai 2024 kembali digelar sejak 15 April hingga 21 April 2024. Dimulai dengan Ngesea Egung atau pemukulan gong oleh keturunan raja pada dini hari di rumah adat.
Suara gong mengisyaratkan gotong royong masyarakat kampung dalam menggelar ritual sakral tersebut. Sedangkan puncak dari ritual dari Lom Plai adalah Embob Jengea atau pesta panen.
Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik menilai pesta adat Lom Plai Wehea berpotensi mengangkat seni budaya Kutai Timur ke kancah internasional.
“Harapan kita festival budaya ini akan lebih mendunia dan menjadi aset dunia, karena ini sudah jadi warisan UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan),” kata dia.
Sementara itu, salah satu Tim Pelaksana dari Dinas Pariwisata Kutai Timur, Ahmad Rifanie mengatakan, “Festival Lom Plai sama seperti event-event daerah lainnya di mana dapat menjadi branding destinasi Kalimantan Timur, bisa menggerakan Perekonomian lokal dan nasional, bisa membuka lapangan pekerjaan, pemberdayaan umkm dan pelaku seni, pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya pada Minggu dilokasi Festival, (21/04/2024).
Ahmad Rifanie menambahkan, Industri dan UMKM turut dilibatkan dalam penyelenggaraan Festival Lom Plai 2024 kali ini. “Kurang lebih akan ada 20 sampai 30 UMKM yang berpatisipasi dengan target pengunjung 10 ribu orang,” Ungkap Ahmad.
Tradisi Bob Jengea Jadi Puncak Acara
Sebagai bagian upacara adat Daya Wehea asal Kalimantan Timur, Festival Lom Plai 2024 ditutup dengan kegiatan Bob Jengea atau Embob Jenge, sebagai ungkapan rasa syukur atas panen padi yang telah diterima masyarakat Wehea.
Bob Jengea yang menjadi puncak acara festival Lom Plai, dimulai dengan kirab budaya atau pawai yang titik kumpulnya dimulai di hulu kampung.
Acara kemudian dilanjutkan dengan lomba dayung perahu putra, tarian di atas rakit, seksiang, dan lomba dayung putri hingga embos min untuk membersihkan kampung.
Embos min merupakan kegiatan membuang semua kesialan kampung dan kejahatan yang ada didalam kampung atau pembersihan kampung yang dilakukan beberapa perempuan dewasa. Ketika mereka berjalan ke hulu atau hilir kampung tidak ada satu pun yang dapat melintas baik itu hewan atau manusia.
Ritual lainnya yang diselenggarakan setelah pembersihan kampung adalah pertunjukan tari kolosal, ritual hudoq, n’luei hudoq, tarian hudoq yang merupakan tarian tradisional suku Dayak Modang dan dipercaya sebagai tarian jin yang dapat membantu manusia. Lalu rangkaian acara dilanjutkan Tarian Tumbambataq, dan Jiak Keleng sebagai penutup acara.
Terkait dengan konsep penyelenggaraan Festival Lom Plai 2024, Ketua Tim Kerja Wilayah Sulawesi dan Kalimantan Direktorat Event Daerah Kemenpar, Vicky Apriansyah, mengatakan harapannya bahwa, event-event daerah yang telah berhasil masuk dalam program KEN bisa terus meningkatkan lima bidang yang jadi penilaian.
“Lom Plai Festival 2024 diharapkan terus menggali ide dan inovasi setiap tahunnya sehingga terus memiliki keunikan dan menarik minat wisatawan untuk hadir, juga tetap dapat mengangkan unsur kelokalan yang menjadi ciri khas daerah tersebut,” ujarnya.
Vicky menambahkan, untuk menjadi event yang naik kelas tentu saja event ini juga harus bisa memberikan dampak ekonomi, pariwisata, lingkungan sehingga bermanfaat untuk masyarakat maupun untuk daerahnya.