EkonomiNetwork

Produksi Minyak Indonesia Menurun selama5 Tahun Terakhir

×

Produksi Minyak Indonesia Menurun selama5 Tahun Terakhir

Sebarkan artikel ini
Foto: Ilustrasi.

StocKreview.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa produksi minyak Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam lima tahun terakhir, sementara produksi gas bumi relatif stabil dengan prospek yang lebih baik di masa depan.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengungkapkan bahwa sejak tahun 2020, produksi minyak terus mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti lapangan-lapangan minyak yang sudah tua dan kesulitan menemukan lapangan minyak baru. Sebagai upaya untuk mengatasi hal ini, pemerintah sedang berusaha menambah produksi dari lapangan-lapangan baru.

Berikut adalah data realisasi produksi minyak dari tahun 2020 hingga Juni 2024:

  • 708 mbopd pada 2020
  • 659 mbopd pada 2021
  • 612 mbopd pada 2022
  • 606 mbopd pada 2023
  • 578 mbopd hingga Juni 2024

Realisasi produksi gas bumi lima tahun terakhir:

  • 6.665 mmscfd pada 2020
  • 6.668 mmscfd pada 2021
  • 6.490 mmscfd pada 2022
  • 6.630 mmscfd pada 2023
  • 6.635 mmscfd hingga Juni 2024

Sejak 2021, Kementerian ESDM telah melakukan perbaikan dalam lelang Wilayah Kerja (WK) dan kontrak migas. Ini termasuk penambahan WK baru dan insentif untuk eksplorasi. Dalam dua tahun terakhir, beberapa prospek gas baru ditemukan di WK South Andaman, Andaman 2, dan North Ganal, yang telah membantu mendongkrak produksi gas bumi. Gas bumi dipandang sebagai komponen utama dalam transisi energi nasional.

Pemerintah menargetkan produksi migas lifting sebesar 1 juta barel per hari dan produksi gas mencapai 12 miliar kaki kubik per hari (mmscfd) pada tahun 2030. Arifin Tasrif optimis bahwa target ini dapat tercapai berkat temuan baru di area seperti Andaman, South Andaman, dan Selat Makassar.

Dalam hal pemanfaatan gas domestik, saat ini sekitar 68% dari kebutuhan gas dalam negeri dipenuhi dari produksi domestik, yang membantu mengurangi ketergantungan pada impor LPG dan bahan bakar lainnya. Gas domestik diharapkan akan menjadi andalan dalam mendukung transisi energi nasional.

“Gas ini nanti kita pakai banyak ke dalam negeri, untuk menjadi andalan kita untuk bisa mendukung transisi energi,” ujar Arifin.