SinarHarapan.id – PT Bigga Damai Utama akukan aksi penanaman 1000 bibit mangrove di Hutan Mangrove Jembatan Api-Api (MJAA) Pantai Pasir Kadilangu, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akhir pekan lalu. Aksi ini melibatkan seluruh karyawan PT Bigga Damai Utama yang berkolaborasi dengan warga lokal pengelola hutan mangrove.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sekaligus rangkaian peringatan HUT Perusahaan dan Kemerdekaan Indonesia.
Adapun, seribu bibit mangrove tersebut diperkirakan dapat menanami 5 hektare dari total 25-30 hektare luas lahan yang memiliki letak strategis dekat Yogyakarta International Airport.
Public Relation PT Bigga Damai Utama, Anggun Khotimah, menyampaikan, tujuan kegiatan ini bukan hanya sebagai bagian dari kontribusi satu waktu, tapi juga komitmen perusahaan untuk melestarikan lingkungan yang berlanjut pada tahap perawatan.
Salah satu pengelola Hutan Mangrove Jembatan Api-Api (MJAA), Wanto, mengatakan bahwa saat ini MJAA bekerjasama dengan pemerintah setempat di wilayah Desa Jangkaran, melakukan program kajian terkait carbon trading yang sudah diatur oleh negara, guna penanggulangan bencana alam dan perubahan iklim yang menjadi masalah dunia.
Program kajian ini nantinya akan diberikan sertifikat sebagai bukti kepemilikan lahan karbon sesuai dengan regulasi yang ada. Hal ini mampu menciptakan nilai jual dan diharapkan dapat mendukung ekonomi daerah guna kesejahteraan masyarakat.
“Diketahui bahwa hutan mangrove menjadi salah satu penyerap karbon yang efektif. Penyerapan yang dilakukan oleh ekosistem pesisir dinilai 5 kali lebih tinggi daripada hutan yang ada di darat,” ujarnya.
Pada HUT perusahaan dan Kemerdekaan Indonesia, PT Bigga Damai Utama telah meraih beberapa pencapaian mengesankan, termasuk kepercayaan untuk terlibat dalam proyek Thamrin Nine yang merupakan bangunan tertinggi di Indonesia.
Selain itu, perusahaan juga terlibat dalam pembangunan hotel dan resort ternama seperti Hyatt, Melia, Four Seasons, dan Anantara. Hal itu dapat dicapai karena tingginya konsistensi PT Bigga Damai Utama dalam menjaga kualitas produk ekspor dengan pelayanan terbaik.
Hingga saat ini, perusahaan telah menembus lebih dari 76 negara tujuan ekspor yang tersebar ke 5 benua di dunia. PT Bigga Damai Utama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan material dan konstruksi, dengan sasaran pasar ekspor, di mana salah satu produk unggulannya adalah produk Bigga Stone.
Melalui CSR yang mengusung tagline “Dari Alam, untuk Alam”, pemanfaatan sumber daya alam oleh perusahaan diupayakan agar dikembalikan lagi untuk alam melalui penanaman mangrove.
Dalam kegiatan peduli alam ini, PT Bigga Damai Utama menanam jenis mangrove Rhizopora sp. yang cocok ditanam di daerah berlumpur dan mampu beradaptasi dengan air tawar maupun air laut.
Mangrove dipilih karena merupakan ekosistem penting yang memberikan banyak manfaat ekologis, termasuk perlindungan pantai, penghasil oksigen, dan menjadi habitat bagi flora dan fauna laut yang beragam, seperti kepiting, ikan, dan udang.
Sementara manfaat hutan mangrove bagi manusia adalah sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari erosi serangan gelombang pasang, tsunami, menjaga stabilitas tanah karena akarnya yang kuat, serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Penanaman kembali hutan mangrove di Pesisir Kulon Progo dilakukan untuk menghadapi ancaman abrasi yang mengancam “sabuk hijau” di Pantai Trisik hingga Pantai Glagah. UNESCO menyatakan bahwa mangrove dalam kondisi kritis, dengan lebih dari tiga perempatnya di dunia terancam punah.
Untuk itu, UNESCO melindungi mangrove dan ekosistem blue carbon melalui program Biosphere Reserves, Global Geoparks, dan natural World Heritage sites. Blue Carbon (karbon biru) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan, serta dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut.
Indonesia memiliki 20-25 persen ekosistem mangrove dunia, namun lebih dari 60 persen telah hilang atau terdegradasi, dan terus berkurang 1 persen setiap tahun. Oleh karena itu, pelestarian mangrove sangat penting untuk mengatasi masalah ini. (non)