SinarHarapan.id-Pendidikan vokasi seperti SMK memang dirancang untuk menghasilkan lulusan siap kerja. Tapi tanpa kompetensi yang mumpuni, lulusan SMK hanya makin menyumbang angka pengangguran terbuka yang saat ini sudah terbilang tertinggi (10,38%), menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022.
Peningkatan kualitas pendidikan vokasi menjadi kunci untuk mengurangi pengangguran dan pemerintah mendorong kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri untuk mencetak tenaga kerja muda yang berkompetensi tinggi.
Prospek kerja yang lebih cerah bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membuat minat masyarakat menyekolahkan anaknya di sekolah vokasi meningkat.
Samsung Electronics Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang berkomitmen untuk turut berkontribusi meningkatkan kualitas dunia pendidikan vokasi di Indonesia melalui program Samsung Tech Institute (STI).
STI melalui mitra sekolah kejuruan dan setara sekolah menengah memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta mampu memperbesar peluang kerja ketika mereka lulus.
Inisiatif ini sekaligus mendukung program link and match yang digaungkan oleh pemerintah sejak tahun 2017.
Untuk menyerap lulusan, Samsung Tech Institute juga bekerja sama dengan mitra Samsung untuk memfasilitasi Program Kerja Lapangan, yang selanjutnya akan memberikan peluang bagi para siswa untuk mengikuti proses rekrutmen.
Lulusan STI yang berhasil melewati proses ini mengakui bahwa materi yang dilatih di STI memang sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Khaerun Nisa, promotor di SPS Digi Store Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan alumni STI dari SMK Negeri 10 Makassar, mengatakan berbagai materi yang dipelajari semasa belajar STI bisa diaplikasikan dengan baik saat dia bekerja. “Di STI kami belajar cara melayani pelanggan, bagaimana attitude saat berhadapan dengan pelanggan, dan juga training mengenai produk-produk Samsung, sehingga ketika pelanggan bertanya, saya bisa merekomendasikan produk Samsung yang paling cocok dengan kebutuhan mereka,” ujar Nisa.
Saat ini jumlah SMK baik negeri dan swasta di Indonesia, menurut catatan BPS mencapai 14.198 sekolah dengan total siswa mencapai 5 juta lebih siswa. Namun sebagai penyumbang angka pengangguran terbuka yang tinggi, masih panjang jalan sekolah vokasi untuk menjadi solusi mengatasi masalah pengangguran. Kiki Yuliati, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud RI mengatakan, “Peningkatan kualitas pendidikan vokasi di SMK adalah kunci untuk mengurangi pengangguran, salah satunya melalui kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Kami mengapresiasi langkah konsisten Samsung melalui program Samsung Tech Institute untuk mencetak lulusan SMK yang siap kerja dengan bekal keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.”
Berdiri sejak 2013 dengan nama Rumah Belajar Samsung, program STI disempurnakan pada 2017 dengan memperkaya kurikulum dan memperluas target penerima manfaat yaitu SMK di Indonesia guna menghasilkan lulusan yang dapat diserap langsung oleh industri.
SMK yang menjadi mitra STI harus memiliki paling tidak satu dari empat jurusan: Teknik Komputer, Teknik Audio Video, Teknik Elektronika, dan Rekayasa Perangkat Lunak.
Para mitra ini akan mendapatkan beberapa keuntungan berupa kurikulum sinkronikasi, guest lecture, TOT (guru), PKL (service center & in-store), peluang kandidat pegawai berdasarkan kebutuhan industri, serta panduan sarana dan prasarana.
Siswa di Samsung Tech Institute juga berkesempatan mendapatkan pelatihan coding dan programming melalui program Samsung Innovation Campus (SIC). Mereka yang lolos sampai fase bootcamp akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan, sertifikat PKL, dan pelatihan bagi para guru pembimbing. Sebanyak 62% siswa lulusan STI tahun ini langsung diserap dunia kerja.
Sebanyak 22% termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan sisanya, memutuskan untuk berwirausaha berbekal pengetahuan dan pengalaman kerja yang mereka dapatkan.
Dalam kurun waktu 2017-2022 Samsung Tech Institute sudah meluluskan total 4.106 siswa. Khusus tahun 2022, Samsung Tech Institute meluluskan sebanyak 1.370 siswa dari 42 SMK di seluruh Indonesia melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK), yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2022.
Selain kompetensi umum yang menjadi penilaian ada beberapa standar kompetensi minimum sesuai kelas kurikulum pendidikan perbaikan elektronika yang dipilih, di antaranya adalah Home Appliances (HA), Audio Video (AV) dan Handheld Product (HHP). Adapun standar kompetensi minimum mencakup pengetahuan dasar produk, elektronika dasar, kemampuan membaca skema diagram elektronika, angkat pasang komponen.
Penilaian UKK dilakukan oleh para ahli dan akademisi mitra Samsung dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika dari Kemendikbud-Ristek.