StockReview.id – Perusahaan solusi kimia dan infrastruktur, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) optimistis industri petrokimia bertumbuh di Tanah Air ditopang oleh pasar domestik. Terlebih, emiten Prajogo Pangestu ini bersama Glencore pcl akan mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Parks Singapore dengan membeli 100% kepemilikan saham milik Shell Singapore Pte Ltd.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Suryandi mengatakan, dalam beberapa tahun ke belakang, perekonomian Indonesia terus menunjukkan hasil yang positif. Tren pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut di mana PDB tumbuh di atas 5%.

“Oleh karena itu, kami pun optimis sektor petrokimia dalam negeri juga akan terus bertumbuh seiring dengan perkembangan sektor industri lain,”.

Selain itu, Suryandi mengungkapkan upaya Chandra Asri bersama Glencore pcl yang akan mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Parks Singapore (SECP) sehingga semakin dapat memperluas porfolio produk Chandra Asri Group sekaligus juga membuka pasar di Asia Tenggara yang saat ini sedang berkembang guna mendukung misi kami menjadi pemain kimia dan infrastruktur terkemuka di kawasan regional.

Secara umum Chandra Asri melihat meskipun menghadapi tantangan eksternal yang berat terutama dari sisi harga bahan baku yang fluktuatif dan permintaan luar negeri yang masih melambat.

“Namun, kami optimistis sektor petrokimia Indonesia masih terbantu dengan tingginya permintaan di pasar domestik,” ujar Suryandi.

Seperti yang kita ketahui, industri petrokimia merupakan sektor industri tingkat hulu penghasil berbagai produk dan bahan kimia penting yang menjadi bahan baku primer untuk menyokong sektor industri lainnya (otomotif, mesin, elektronika, konstruksi, aplikasi rumah tangga, dan lainnya).

Adapun, Chandra Asri mencetak kinerja yang kurang memuaskan selama tiga bulan pertama 2024. Emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu ini berbalik menanggung rugi bersih senilai US$ 33,12 juta.

Sebagai gambaran saja, jika dikonversi memakai asumsi kurs saat ini Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat, kerugian TPIA itu setara dengan Rp 538,64 miliar. Dibandingkan dengan kuartal I-2023, TPIA kala itu mampu membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 8,57 juta.

Penurunan bottom line ini sejalan dengan penyusutan top line, yang mana TPIA mengantongi pendapatan US$ 471,91 juta pada kuartal I-2024. Menyusut 6,05% dibandingkan pendapatan US$ 502,31 juta yang didapat TPIA pada kuartal I-2023.

Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan TPIA meningkat 0,52% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi US$ 471,40 juta. Hasil ini menekan laba kotor TPIA yang anjlok 98,44% (YoY) dari US$ 33,35 juta menjadi hanya US$ 520.000.