Berita

Urologi Indonesia Sukses Lakukan Tindakan Operasi Telerobotik Pertama

×

Urologi Indonesia Sukses Lakukan Tindakan Operasi Telerobotik Pertama

Sebarkan artikel ini

SinarHarapan.id-Hari ini, para dokter ahli di bidang urologi melakukan live telerobotic surgery (operasi telerobotik) dari RS I.G.N.G. Ngoerah Bali kepada pasien yang berada di RSCM Jakarta (1.200 KM). Dokter yang akan menjalankan prosedur ini yaitu Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K-Andro), PhD; Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K-Onk), FICRS, PhD; Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K-Onk), Ph.D; Prof. Dr. dr. Gede Wirya Kusuma Duarsa, M.Kes, MARS, SpU(K-Ped), FICS; dr. I Wayan Yudiana, Sp.U(K-Onk), Komite Urogical Association of Asia (UAA) 2024; dan dr. Fakhri Rahman, SpU(K), FICS, Komite UAA 2024. Didukung juga oleh dokter anestesi yaitu dr. Raihanita Zahra, SpAn-TI, Subsp.An.Ped.(K) dan dr. R Besthadi Sukmono, SpAn-TI, Subsp.An.R(K).

Dihadiri pula oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Momentum ini akan menandai langkah besar untuk kemajuan teknologi kesehatan di Indonesia, di mana ke depannya operasi telerobotik diharapkan mengatasi berbagai keterbatasan yang ada di bidang bedah.

dr. Supriyanto Sp.B, FINACS, M.Kes, Direktur Utama RSCM mengatakan, “Sesuai dengan komitmen RSCM, kami selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk pasien sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu bentuk konkritnya adalah menghadirkan teknologi terkini yang bisa mempercepat kesembuhan pasien seperti prosedur operasi telerobotik ini. Kami sangat berharap teknologi ini bisa segera diaplikasikan untuk pemerataan tingkat kesehatan di seluruh Indonesia.

dr. I Wayan Sudana, M.Kes, Direktur Utama RS I. G. N. G. Ngoerah juga menyatakan, “RS Ngoerah selalu mendukung upaya pengadaan teknologi kesehatan, termasuk operasi telerobotik ini. Kami turut bangga bisa menjadi bagian dari operasi telerobotik pertama yang dilakukan secara mandiri di Indonesia. Kami juga siap untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan, terutama untuk bidang urologi di Indonesia bagian timur. Ke depannya, kami akan selalu beradaptasi dengan teknologi terkini.”

Operasi telerobotik, sebuah metode bedah jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi robotik dan jaringan nirkabel, akan memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time, termasuk untuk kasus-kasus urologi, bedah digestif, dan lain-lain. Dengan demikian teknologi ini akan mengatasi beberapa permasalahan, khususnya kendala geografis, sehingga layanan kesehatan ke depannya bisa diberikan secara merata ke tempat-tempat jauh atau yang aksesnya sulit. Namun sebelum itu terwujud, tentunya dibutuhkan kepercayaan yang besar dari masyarakat akan manfaat dan keberhasilan bedah telerobotik ini sehingga perlu adanya edukasi secara terus menerus.

Pada kesempatan yang sama,
Direktur Human Capital Management Telkomsel, Indrawan Ditapradana, mewakili Direktur Utama Telkomsel, Nugroho, menegaskan bahwa kolaborasi ini selaras dengan visi dan misi Telkomsel untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi digital terbaik di regional melalui penyediaan konektivitas, layanan, dan solusi yang inovatif dan unggul.

Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K-Andro), PhD, Ketua Kongres UAA 2024 dan Ketua tim Telerobotik, menyatakan, “Hari ini tentu menjadi momen bersejarah untuk dunia kedokteran di Indonesia, dimana ini merupakan telerobotic surgery pertama yang dilakukan secara mandiri oleh anak bangsa kepadapasien yang juga di Indonesia. Kami sebelumnya sudah melakukan 2 operasi dengan teknologi robotik di RSCM Kencana, dan hari ini kami melakukan operasi jarak jauh yang pertama di mana operator berada di RS I. G. N. G. Ngoerah sedangkan pasien berada di RSCM.”

Ia menjelaskan, sebelum melakukan tindakan operasi telerobotik pada pasien, para ahli urologi tersebut telah melakukan uji coba dengan menggunakan alat peraga/manekin untuk memastikan keamanan pasien. “Tentunya pada persiapan yang telah kami lakukan, kami juga menyiapkan antisipasi untuk kejadian yang tidak diinginkan, termasuk bila harus terjadi konversi tindakan dari telerobotic menjadi laparaskopi. Kami tentu akan berfokus pada keselamatan pasien,” tambahnya.

“Kesuksesan tindakan ini tidak lepas dari dukungan, kerja keras, dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak di RSCM dan RS I.G.N.G. Ngoerah, terutama dari jajaran manajemen, tim dokter, tim perawat, tim kamar operasi, tim teknik operasional, tim sterilisasi, dan banyak pendukung lainnya. Dukungan pengadaan jaringan internet yang stabil juga sangat diperlukan untuk kelancaran proses telerobotic surgery ke depannya. Syarat utama dari operasi telerobotik adalah latency time kurang dari 150 mS, kecepatan internet diatas 50mbps dan jitter < 10 mS. Kami akan terus berupaya agar teknologi ini bisa dirasakan masyarakat lebih luas lagi. Selain itu, kami juga terus berupaya meningkatkan kemampuan SDM dalam negeri untuk bisa mengoperasikan teknologi ini,” jelas Prof. Ponco.

Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K-Onk), Ph.D, Ketua Kolegium Urologi Indonesia turut menjelaskan, “Penyakit urologi memang perlu mendapat perhatian dan penanganannya harus terus mengikuti perkembangan teknologi, seperti pada urolithiasis (batu kantung kemih), yang mana jumlah kasus, disability-adjusted life years (DALYs) dan kematiannya terus meningkat secara global sejak tahun 1990.”
Di Indonesia, Global Cancer Statistics menunjukkan bahwa kanker prostat adalah kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia, dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.563 pada tahun 2020. Lalu, untuk penyakit kanker ginjal, terdapat 2.394 kasus baru kanker ginjal dan 1.358 kematian pada tahun 20201. “Saat ini banyak dokter tengah menjalani pelatihan untuk menguasai penggunaan robot sebagai simulasi dalam teknologi telerobotic surgery. Diharapkan kehadiran teknologi telerobotik ini bisa jadi solusi untuk permasalahan urologi. Kami selalu memiliki harapan besar agar ke depannya Indonesia mampu menjalankan bedah telerobotik secara mandiri, dan hari ini menjadi pembuktiannya,” tambahnya.

Dr. dr. Ferry Safriadi, SpU(K), FICS, Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) menjelaskan, “Telerobotic surgery, secara khusus, akan mampu membawa Indonesia pada pelayanan kesehatan yang merata. Data terakhir yang kami miliki, terdapat 701 spesialis dan 132 konsultan/subspesialis. Namun secara geografis, persebarannya belum merata dan beberapa daerah terpencil bahkan tidakmemiliki urolog sama sekali. Persebarannya masih terpusat di pulau Jawa, yaitu mencapai setengah dari jumlah keseluruhan spesialis tersebut, ataupun kota-kota besar lainnya. Padahal, pasien urologi juga banyak di daerah terpencil.”
Ia kembali menjelaskan, bahkan di daerah terpencil kerap ditemukan kasus urologi yang parah. “Hal yang kerap ditemui pada meja praktek adalah masyarakat cenderung abai, dan bahkan enggan memeriksakan diri karena takut didiagnosa penyakit tertentu. Apalagi mereka yang di wilayah terpencil yang bahkan jarang terpapar edukasi tentang pentingnya memeriksakan diri jika mengalami gejala-gejala penyakit urologi. Sehingga tidak jarang saat dirujuk ke RS yang lebih besar, kasusnya sudah menjadi parah. Mereka pun butuh daya dan usaha untuk menempuh perjalanan. Bayangkan jika telerobotic surgery sudah tersebar dengan baik, tentu masalah seperti ini bisa teratasi,” tambah Dr. Ferry.

Pada kesempatan yang sama, Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K-Onk), FICRS, PhD, Ketua Ilmiah Kongres UAA 2024 dan Ketua Robomedisia (Perkumpulan Robotik Medik Indonesia)menyatakan, “Telerobotic surgery sendiri akan membawa keuntungan bagi dokter maupun pasien, karena selain memampukan pemerataan layanan kesehatan dan kualitas RS di seluruh Indonesia bahkan di wilayah terpencil, teknologi ini juga memungkinkan kolaborasi dokter dari berbagai spesialistik secara sekaligus, meningkatkan akurasi operasi, mengurangi risiko infeksi, serta meminimalisir perpindahan pasien karena mereka tidak perlu lagi menempuh jarak jauh untuk melakukan operasi. Sehingga ke depannya, teknologi ini akan mampu meningkatkan pelayanan bagi pasien penyakit Urologi di wilayah Asia, khususnya di Indonesia.”

“Secara teknis, pada telerobotic surgery terdapat dua komponen utama, yaitu robotic arm (lengan robot) dan surgeon’s console, yaitu alat pusat kendali yang akan dioperasikan secara langsung oleh dokter bedah. Di pusat kendali tersebut terdapat layar untuk melihat bidang bedahnya secara 3D. Dua komponen ini dihubungkan oleh kabel fiber optik. Dengan penggunaan jaringan yang baik dan cepat (internet 5G), perintah dari console dapat dikerjakan oleh lengan robot di waktu yang hampir bersamaan meskipun jaraknya terlampau sangat jauh,” jelas Prof. Rizal.

Prof. Rizal kembali menjelaskan, “Dalam aplikasi di bidang urologi, bedah robotik telah digunakan untuk melakukan operasi prostatektomi radikal dalam penanganan kanker prostat. Selain itu, bedah robotik juga dapat digunakan untuk laparoskopi nefrektomi radikal. Bedah robotik kini telah berkembang, sehingga bisa dilakukan secara jarak jauh seperti saat ini. Harapannya, bedah robotikdan telerobotik di masa depan dapat diimplementasikan di berbagai rumah sakit, dengan mengikuti perkembangan sistem robotik dari berbagai negara seperti USA, China, India, Jepang, dan Korea Selatan.