SinarHarapan.id – WHO dan UNFPA memuji langkah Indonesia dalam upaya eliminasi kanker serviks melalui strategi vaksin terpadu dan skrining dini. Komitmen ini diwujudkan melalui pelaksanaan imunisasi HPV nasional 2024 dan transisi ke metode DNA HPV untuk deteksi yang lebih akurat.
Kanker serviks menjadi masalah kesehatan global dengan 660.000 kasus baru dan 350.000 kematian pada 2022. Di Indonesia, kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak pada perempuan, dengan 36.000 kasus baru dan 21.000 kematian setiap tahun.
Sebagai bagian dari Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim 2023–2030, Indonesia memperluas vaksinasi HPV untuk anak perempuan kelas 5 dan 6 sejak 2023. Langkah ini mendukung target WHO untuk mengeliminasi kanker serviks secara global pada 2030.
Target eliminasi WHO mencakup tiga pilar utama: vaksinasi 90% anak perempuan usia 15 tahun, skrining 70% perempuan usia 35 dan 45 tahun, serta pengobatan 90% pasien dengan kondisi pra-kanker atau kanker invasif.
Baca Juga: Penting bagi Penanganan Pandemi Global, Taiwan Perlu Masuk WHO
Karenanya, WHO mendukung jadwal imunisasi HPV dosis tunggal untuk meningkatkan efisiensi dan menjangkau lebih banyak perempuan.
“Imunisasi HPV adalah langkah penting menuju kesehatan masyarakat dan keadilan gender,” ujar Dr. N. Paranietharan, Perwakilan WHO di Indonesia.
Indonesia juga memperluas akses skrining kanker serviks dengan mengalihfungsikan alat RT-PCR COVID-19 dan menggunakan mesin GeneXpert untuk tes HPV. Hal ini bertujuan mendeteksi kasus lebih dini, mengingat 70% kasus kanker serviks di Indonesia baru terdiagnosis pada stadium lanjut.
Baca Juga: Direktur Jenderal WHO: Kekurangan Gizi Parah Melanda Gaza
Dukungan UNFPA
Sementara itu, UNFPA turut mendukung penguatan layanan kesehatan primer, termasuk pelatihan bidan untuk mendeteksi kanker serviks lebih efektif.
“Dengan memberdayakan bidan, kita menyelamatkan nyawa perempuan,” ujar Hassan Mohtashami, Perwakilan UNFPA Indonesia.
Rencana Kanker Nasional 2024–2034 melengkapi RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim. Strategi ini mencakup penguatan layanan, edukasi, dan pelatihan tenaga kesehatan untuk mempercepat kemajuan dalam memerangi kanker.
Dukungan WHO, UNFPA, dan adaptasi kebijakan inovatif akan mempercepat eliminasi kanker serviks di Indonesia, menyelamatkan lebih banyak nyawa, dan menciptakan akses kesehatan yang setara.