SinarHarapan.id-ECOTON, Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, yang bergerak di bidang pemulihan ekosistem sungai terus mengkampanyekan pentingnya sungai bersih dan menyehatkan dari pencemaran pola hidup manusia dan kemasan makanan serta minuman.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, ECOTON menemukan semakin tingginya angka pencemaran sungai akibat sampah kemasan minuman.
ECOTON mengobservasi beberapa sungai di Indonesia terkait audit sampah, kontaminasi mikroplastik, pengaruh dan potensi dampak mikroplastik terhadap organisme hidup termasuk manusia.
Tujuannya adalah isu seputar sampah plastik dan perlindungan sungai dari
segala bentuk aktivitas pencemaran di sungai dapat diminimalisir.
“Dalam Program Ekspedisi Sungai Nusantara, kami ada kegiatan Brand Audit. Aktivitas mengidentifikasi sampah plastik berdasarkan merek dan perusahaan yang berkontribusi terhadap sampah di lingkungan”, jelas Alaika Rahmatullah, Divisi Edukasi ECOTON Foundation.
Brand yang mendominasi di masing-masing sungai pun berbeda-berbeda. Namun kami merangkum 5 teratas pencemar yang sering kami jumpai diantaranya adalah Wings, Unilever, Indofood, Mayora dan Garuda Food. Mayora selalu memasuki 5 teratas pencemar pada setiap kegiatan brand audit yang kami temukan, urainya.
Kedepannya kami berharap harus ada tanggung jawab produsen terhadap sampah yang telah mereka hasilkan, tegas Alaika.
Melalui program Ekspedisi Sungai Nusantara, ECOTON menginisiasi untuk memeriksa kesehatan 68 sungai strategis nasional guna penelitian seputar mikroplastik, kualitas air, dan brand audit. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara telah mengunjungi pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan kini tengah dalam ekpedisi ke Pulau Sulawesi.
Rencana ekspedisi ini akan terus berlanjut ke pulau-pulau yang lain di kepulauan nusantara hingga akhir tahun 2022.
“Kami telah mengunjungi 35 sungai di Indonesia, dan kesehatan sungai-sungai di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ternyata semuanya positif terkontaminasi mikroplastik,” kata Alaika.
Terkait pelabelan galon plastik sekali pakai dengan label BPA Free, Alaika berpendapat bahwa justru kebijakan itu akan menimbulkan permasalahan baru.
“Pada dasarnya kemasan plastik apapun tetap berbahaya. Kita melihat dari bahan dasar pembuatan plastik yang berawal dari resin kemudian ditambahi dengan polimer tertentu mengandung senyawa kimia berbahaya. Plastik yang terkena panas atau sinar matahari pun juga rentan berpotensi terfragmentasi menjadi partikel mikroplastik. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga terjadi pada kemasan galon sekali pakai. Partikel ini sangat berbahaya apabila masuk
kedalam tubuh manusia, dapat mengakibatkan kanker, perubahan hormon, menstruasi dini dan lainnya. Bukan hanya itu, galon plastik sekali pakai beberapa kali kami jumpai juga di sungai yang berakhir menjadi sampah. Jika produsen secara terus menerus memproduksi galon sekali pakai, ini berdampak pada penambahan jumlah dan jenis sampah yang berakhir di lingkungan,”imbuh Alika.
Sikap ECOTON dalam melihat permasalahan ini tegas dengan menolak plastik, termasuk plastik sekali pakai baik dalam bentuk kecil maupun yang besar seperti galon sekali pakai. Selanjutnya hasil temuan-temuan dari program ekspedisi sungai nusantara untuk jangka pendek akan dikumpulkan sebagai sarana edukasi ke masyakarat secara luas.
“Selain itu, sampah ini kami kumpulkan untuk menjadi mediasi dengan pemangku kebijakan, kami mengajak pemerintah supaya lebih memperhatikan kondisi sungai di Indonesia. Dalam jangkpanjang, kami ingin terbentuknya sinergitas antara masyarakat, industri dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga sungai-sungai di Indonesia tetap bersih, tetap lestari dan bebas sampah.” ujarnya.
Untuk menekan pembuangan sampah plastik di sungai-sungai Indonesia, ECOTON mempunyai program kawasan bebas sampah atau Zerowaste Cities. Yaitu kawasan dimana masyarakat didampingi dan dibina untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan mengelola sampah yang telah mereka hasilkan.
Program Zerowaste Cities ini juga sudah berjalan di beberapa kota atau kabupaten di sepanjang sungai Brantas di Jawa Timur tujuannya untuk mengurangi pembuangan sampah yang berakhir di sungai.
Selain itu, penguatan kapasitas terhadap komunitas penjaga sungai juga telah dilakukan. Pada program Ekspedisi Sungai Nusantara sekaligus juga dibentuk komunitaskomunitas penjaga sungai di setiap daerah yang telah dikunjungi, tujuannya agar komunitas ini dapat melindungi sungai-sungai nusantara dari aktivitas pencemaran.(Red/Iwan)