Gaya Hidup

Wulan Guritno Jadi Hantu Kepala Buntung di Film Trinil (Kembalikan Tubuhku)

×

Wulan Guritno Jadi Hantu Kepala Buntung di Film Trinil (Kembalikan Tubuhku)

Sebarkan artikel ini
Para pemain, Produser dan sutradara film Trinil saat press conference di Epicentrum, Rabu, 27/12/23 Foto: Rudolf Adji

SinarHarapan.id – Rumah produksi Dapur Film yang bekerja sama dengan Seven Sky dan K-Studio perusahhan asal Malaysia siap rilis film horor terbarunya yang berjudul Trinil: Kembalikan Tubuhku.

Film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini rencananya akan tayang pada Januari 2024.

Adapun film ini menjadi comeback-nya Hanung membesut film bergenre horor setelah sebelumnya sempat menyutradarai film Lentera Merah (2006) dan Tragedi Sundel Bolong (2007).

Film Trinil: Balekno Gembungku (Kembalikan Tubuhku ) adalah sebuah drama Radio horor yang viral di era 80-an. Kisah cinta segitiga antara Ibu-anak dan seorang pemuda beranama Bagus Sujiwo yang berujung pembunuhan sadis, menjadi kisah tragis dan ironis pada jamannya.

Poster film Trinil (Kembalikan Tubuhku)
Foto: Istimewa

Hal ini yang mendasari Hanung Bramantyo untuk kembali menyutradarai Horor, karena kisah tersebut dianggap masih relevan di era sekarang. Namun Hanung tidak begitu saja mengadopsi drama Radio tersebut ke dalam film. Hanung hanya mengambil kerangka utama kisah cinta Trinil-Kustirah dan Bagus Sujiwo.

“Setiap hari, ketika mendengar suara sirine ambulan melintas, serasa malaikat maut sedang mengintai rumah, yang setiap saat menjemput kita, orang tua kita, atau anak-anak kita.Situasi tersebut adalah Horor dalam arti yang sebenar-benarnya” kata Hanung kepada wartawan saat gala premier di Epicentrum,Jakarta Selatan, Rabu 27/12/23.

Menurut Hanung, Horor adalah situasi yang mencekam akibat teror yang tak diketahui pelakunya. Bukan sekedar hantu bergentayangan, atau akrobat jump scare yang Nir- kisah alias tanpa cerita yang kuat.

Dari pengalaman para maestro film dunia, Hanung ingin mengembalikan Horor pada pakemnya, yaitu Teror yang sangat berkaitan dengan situasi yang sangat dekat dengan penontonnya.

Menurut Hanung, situasi Horor di Indonesia terjadi pada 3 masa, yaitu saat peristiwa pembunuhan massal tahun 1965, tragedi penculikan aktivis 1998 dan situasi Covid 2019.

Di Film Trinil kali ini, Hanung memilih era 1970-80 an sebagai sebuah setting cerita. Karena di era tersebut, disamping menjadi latar orisinil drama radio Trinil, juga menghadirkan situasi politik Indonesia yang sedang memanas paska kejatuhan Rezim Soekarno.

Yang menarik di film Ini, Wulan Guritno dan putrinya, Shalom Razade, bermain bersama.

Kalau main bareng, ini pertama kali tapi enggak satu frame. Kami memerankan satu tokoh. Shalom memerankan Ayu saat muda. Buat aku, memerankan Ayu prosesnya panjang. Ayu diceritakan dari A sampai Z. Ia menghalalkan segala cara untuk mendapat yang ia mau. Lalu, ditimpa tragedi dari keserakahannya itu,”ungkap Wulan.

Shalom dan Wulan Guritno
Foto: istimewa

Wulan Guritno mengaku ini menjadi salah satu film yang menantang baginya lantaran dia berperan sebagai hantunya.

“Ini tantangan buat aku, di sini kan diceritakan dari hidup sampai mati hingga akhirnya gentayangan tersebut. Nah aku tuh kesulitannya gimana ya, ini kan belum pernah mati,” tutur Wulan Guritno.

“Jadi diaturnya bagaimana? sorot mata berbeda apa segala macam tapi Mas Hanung sangat handal. Pas adegan aku gentayanganlah ya, jadi setan itu, mas Hanung gini terbukti sangat detail,” pungkaa Wulan.

Film ini dibintangi Carmela van der Kruk, Rangga Nattra, Fattah Amin, Shalom Razade, serta Wulan Guritno.
Juga aktor-aktor senior di seni peran seperti Willem Bever, Elly Luthan, Goetheng Ikhu Ahkin, Almarhum Suyik dan Bambang Paningron. (atp)