Ekonomi

Menparekraf Buka Ideafest, Kenalkan Musik Daerah Lewat Aksilarasi

×

Menparekraf Buka Ideafest, Kenalkan Musik Daerah Lewat Aksilarasi

Sebarkan artikel ini

Ideafest merupakan wadah bagi para pelaku UMKM, terutama pada sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk saling berbagi ide kreatif dan berkolaborasi kembangkan berbagai inovasi baru.

Sandiaga Uno, Kemenparekraf membuka Ideafest di Convention Center Jakarta. Foto: Istimewa

SinarHarapan.id- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, membuka acara Ideafest 2024 yang diadakan pada 26-29 September 2024.

Ideafest bertempat di Jakarta Convention Center menjadi wadah bagi para pelaku UMKM, terutama pada sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk saling berbagi ide-ide kreatif dan berkolaborasi untuk mengembangkan berbagai inovasi baru pada sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “IdeaFest dulu dimulai dari sebuah event yang penuh dengan ide-ide kreatif, dan berkembang setelah 13 tahun menjadi event terbesar untuk ekonomi kreatif di Indonesia,” ujar Sandiaga.

Menurut Sandiaga, ide-ide kreatif yang dituangkan dalam event ini patut diapresiasi dan dimanfaatkan dalam upaya memperkuat sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Sandiaga juga memberikan penghargaan Idea Awards ke sejumlah tokoh yang dianggap menghadirkan ide-ide kreatif dan inovatif. Tokoh tersebut, antara lain Jaksa Agung, ST. Burhanuddin; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim; dan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey.

Peluncuran Produk Aksilarasi
Aksilarasi merupakan sebuah program komitmen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam melakukan pendampingan, penciptaan serta pemanfaatan produk kreatif di destinasi super prioritas agar masyarakat dapat menciptakan produk kreatif unggulan pada subsektor musik, film, penerbitan, seni pertunjukan, dan seni rupa.

“Program Aksilarasi dilaksanakan dengan pendekatan community development yang berfokus pada pendampingan untuk membantu masyarakat dalam proses penciptaan produk kreatif unggulan hingga tahap monetisasi untuk mengisi ruang dan kebutuhan destinasi super prioritas,” Ungkap Sandiaga.

Kata Sandiaga, program ini dimulai dari pemetaan potensi di lima Destinasi Super Prioritas (Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang), dilanjutkan inkubasi kreatif bagi komunitas yang telah hasilkan berbagai macam produk hasil kreativitas unggulan daerah, mencakup produk subsektor musik, film, penerbitan, seni pertunjukan, dan seni rupa.

“Produk hasil inkubasi kemudian memasuki tahap digitalisasi produk dan pada tahun ini produk kreatif Aksilarasi telah masuki tahap launching untuk distribusi dan komersialisasi,” kata Sandi.

Dalam program ini, Kemenparekraf berkolaborasi dengan distributor untuk
mendistribusi dan mengkomersialisasi produk hasil inkubasi Aksilarasi dan produk program Lensa Kreatif, diantaranya Goldilocks, member of Rangkai.id, untuk distribusi produk subsektor film dan subsektor seni pertunjukan;

Musik Bagus untuk distribusi produk subsektor musik dan subsektor seni rupa; Potostock Indonesia untuk distribusi produk subsektor fotografi; dan Elex Media Komputindo untuk distribusi produk subsektor penerbitan.

 

Subsektor Musik dan Seni Rupa

Dalam program Aksilarasi 2024 ini, Musik Bagus ditunjuk oleh Kemenparekraf untuk menjadi distributor untuk mendistribusikan produk pada subsektor musik dan subsektor seni rupa. Terdapat dua Destinasi Super Prioritas yang memiliki fokus pada subsektor musik dan subsektor seni rupa, yaitu Mandalika dan Labuan Bajo.

1. Produk Subsektor Musik Cilokaq
Cilokaq merupakan sebuah musik tradisional khas suku Sasak, Nusa Tenggara Barat. Musik ini berasal dari sebuah permainan gambus yang membawakan lagu-lagu untuk mengisi waktu senggang dan juga pelepas lelah.
Cilokaq merupakan seni musik bernafaskan padang pasir yang komposisi lagunya bersumber dari nada gambus tunggal. Seiring berjalannya waktu, musik Cilokaq dikembangkan lagi dengan menambahkan alat-alat musik lain, seperti jidur, suling, gitar, dan gendang (ketipung).

Terdapat 5 lagu khas Mandalika yang disajikan dalam Album ‘Aksilatasi: Mandalika’ yaitu;
– Resonansi Dunie
Lagu ini menjadi lagu pembuka dalam Album ‘Aksilarasi: Mandalika’, bercerita tentang pengaruh budaya luar yang masuk ke daerah Lombok, yang dimana Lombok memiliki nilai serta adat budayanya tersendiri. Lagu ini menjadi sebuah pengingat bagi generasi muda saat ini, untuk terus menjaga budaya yang telah ada, jangan sampai lengah dan tergoyahkan dengan adanya pengaruh budaya luar.
– Seribu Masjid
Seribu Masjid merupakan sebuah ungkapan syukur yang tak terhingga kepada Tuhan atas tanah tempat dilahirkan dengan keadaan yang subur, aman, damai, tentram dengan segala keindahan di dalamnya. Judul ‘Seribu Masjid’ sendiri diambil dari julukan yang sering diutarakan bagi pulau Lombok, yaitu seribu masjid.
– Pancing Lindung
Pancing Lindung memiliki arti pancing belut yang dimana diketahui bahwa belut merupakan binatang yang licin dan susah sekali untuk ditangkap, sama seperti cerita dibalik lagu ini, dimana seorang lelaki yang jatuh cinta namun tak pernah berhasil menaklukan hati sang wanita.
– Kute Mandalike
Mandalika terkenal dengan keindahan alamnya, maka dari itu lagu ini menceritakan tentang indahnya pantai Kuta Mandalika yang telah mendunia. Lirik dalam lagu ini menggambarkan keindahan pantai berpasir putih, bukit-bukit yang hijau dan ombak yang bagus untuk berselancar.
– Balek Bembek
Lagu ini merupakan sebuah pantun remaja yang sedang merasakan jatuh cinta atau lebih dikenal dengan istilah cinta monyet. Dalam lagu ini juga terdapat wanita yang meluapkan isi hatinya melalui pantun-pantun yang menggunakan bahasa Sasak..

2. Flores Human Orchestra (FHO) merupakan komunitas musisi lokal Labuan Bajo yang memiliki fokus terhadap pelestarian budaya, terkhusus musik. Flores Human Orchestra seringkali menampilkan lagu-lagu yang diciptakan oleh mereka sendiri dengan ciri khasnya yang unik dan menawan, dan pastinya menonjolkan musik-musik tradisional khas Manggarai.

Terdapat 15 lagu Flores Human Orchestra (FHO) yang disajikan dalam Album ‘Aksilarasi : Labuan Bajo’.
1. Bombong, Lagu rakyat Manggarai yang menggambarkan kebiasaan unik dari orang Manggarai yang selalu meriah ketika berkumpul. Bernyanyi dan menari dalam lingkaran dengan penuh semangat guna meluapkan kegembiraan tak terhingga yang mereka rasakan. Bombong juga menggambarkan betapa menawan dan memikatnya Labuan Bajo sehingga
menjadi sebuah destinasi wisata dunia yang wajib untuk dikunjungi oleh siapapun.

2. Ringkikok, Lagu ini bercerita tentang sebuah nyanyian merdu dari gadis-gadis desa yang terpesona ketika melihat seorang pemuda berpenampilan yang tidak biasa, memasuki desa dengan mengendarai kuda perkasa untuk menjajakan barang dagangannya.

3. Riang, merupakan lagu rakyat Manggarai yang merangkum kecintaan dan kebangaan terhadap potensi alam yang melimpah, serta sebuah ajakan untuk memelihara dan menghargai warisan sejarah dan budaya yang ada di Manggarai. Riang juga menjadi sebuah inspirasi bagi para pendengar untuk merenung dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang menghormati alam demi keberlangsungan generasi mendatang.

4. Kakor Lalong, merupakan sebuah nyanyian dari seorang wanita yang merindukan lelakinya yang pulang membawa hasil buruan dan pagi tiba untuk menyambut kehadiran lelaki pujaannya tersebut.

5. Toto Ndeng, Lagu rakyat Manggarai yang dinyanyikan oleh gadis-gadis desa selagi bermain dan menari. Lagu ini berisi sindiran pada laki-laki yang suka berbohong atau menggombal pada gadis-gadis desa.

6. Gong Dance, merupakan sebuah perpaduan harmonis antara ketukan khas daerah Manggarai, nyanyian yang begitu memukau, serta kolaborasi musik tradisional dan modern yang menakjubkan.

7. Luju Diong, Labuan Bajo menjadi sebuah wilayah di timur Indonesia yang sangatlah indah dan kaya akan alam yang disuguhkan. Lulu Diong menjadi sebuah lagu yang diciptakan oleh Silvianus Robyanto tentang bagaimana dirinya mengekspresikan rasa bangganya terhadap kekayaan alam yang ada di Labuan Bajo.

8. Nggale, Lagu ini menceritakan tentang seorang laki-laki dengan keadaan finansial yang terbilang kurang mampu sedang dilanda rasa sedih karena sang kekasih yang lebih memilih laki-laki dengan harta berlimpah dibandingkan dirinya yang hidup dalam keterbatasan.

9. Riang Kode, merupakan sebuah lagu yang mengisahkan seseorang yang sedang bernyanyi sambil menjaga kebunnya dari serangan monyet hutan yang hendak memakan tanaman di kebunnya tersebut.

10. Conka Kelong, merupakan sebuah lagu penuh keceriaan yang memuat ajakan untuk menari Caci yang adalah tarian khas rakyat Manggarai.

11. Ce Ce Ce, Lagu ini bercerita untuk memanggil dan berkumpul di halaman rumah, merayakan panen padi dengan bernyanyi, menari dalam balutan rasa penuh sukacita. Lagu ini juga mengingatkan betapa pentingnya damai dan persatuan, serta mengungkapkan rasa syukur atas keberlimpahan alam.

12. Dende – Flores Medley, sebuah medley dari lagu-lagu rakyat Flores yang dinyanyikan secara acapella, menghadirkan keindahan harmonisasi suara yang mampu memadukan ragam budaya dan tradisi dalam sebuah karya seni musik.

13. Mbata Tuang, lagu ini menceritakan syair yang mengisi malam, diiringi dengan syair syukur dan doa sebagai ungkapan kebahagiaan dan rasa terima kasih atas kedatangan para tamu dari jauh yang memenuhi daerah Manggarai.

14. Wengke Rasang, sebuah nyanyian malam yang memukau dengan pesan untuk senantiasa bersatu, dan sebuah doa agar terhindar dari keburukan dalam kehidupan.

15. Senggo Sai Ndoo, lagu yang mengajak para pendengar untuk merencanakan liburan dan mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di daerah Manggarai Barat, sehingga dapat menikmati keindahan alam dan budaya setempat. Melalui Album ini diharapkan masyarakat Indonesia bahkan mancanegara dapat lebih mengenal kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya budaya yang ada di Mandalika dan Labuan Bajo.

Album ‘Aksilarasi: Mandalika’ dan ‘Aksilarasi : Labuan Bajo’ sudah dapat didengarkan pada DSP kesayangan kalian!.