Ekonomi

Indonesia Dukung Kredit Karbon dan Perdagangan Digital

×

Indonesia Dukung Kredit Karbon dan Perdagangan Digital

Sebarkan artikel ini

Mendag RI Budi Santoso menjelaskan pentingnya interoperabilitas pasar kredit karbon di kawasan untuk mendukung transisi energi bersih dan berkeadilan.

Menteri Perdagangan Budi Santoso mewakili Presiden RI Prabowo Subianto dalam Dialog Pemimpin APEC dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) pada Jumat, (15/11) di Lima, Peru.

SinarHarapan.id – Dalam Dialog Pemimpin APEC dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC), Indonesia menegaskan komitmen mendukung pasar kredit karbon yang terhubung di Asia-Pasifik serta pengembangan perdagangan digital.

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan hal ini mewakili Presiden RI Prabowo Subianto pada Jumat (15/11), sebagai bagian dari rangkaian APEC Economic Leaders’ Week (AELW) 2024.

Pasar Kredit Karbon untuk Transisi Energi Bersih

Mendag Budi menjelaskan pentingnya interoperabilitas pasar kredit karbon di kawasan untuk mendukung transisi energi bersih dan berkeadilan.

Baca Juga: Usai APEC di Peru, Prabowo Hadiri KTT G20 di Brasil

Indonesia, dengan potensi 577 juta ton karbon, telah meluncurkan bursa karbon nasional pada 26 September 2023, di bawah pengawasan OJK. Langkah ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam pasar karbon regional APEC.

Upaya Indonesia dalam pengurangan emisi karbon mencakup target pengurangan emisi domestik hingga 31,89 persen, atau 43,2 persen dengan kolaborasi internasional. Selain itu, Indonesia mencatat keberhasilan signifikan dalam menurunkan tingkat kebakaran hutan hingga 82 persen dan deforestasi ke tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.

Penguatan Perdagangan Digital


Dalam perdagangan digital, Indonesia menekankan pentingnya paperless trade dan pengembangan infrastruktur digital untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang inklusif.

Fokus utama adalah mengatasi kesenjangan digital dan mendukung UMKM melalui layanan keuangan digital dan perdagangan elektronik.

Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2023 mencapai USD 90 miliar, meningkat 13 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini mencakup transaksi niaga-el, perjalanan daring, dan teknologi finansial.

“Digitalisasi perdagangan lintas batas adalah keniscayaan untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan aman,” tegas Mendag Budi.

Indonesia berharap langkah-langkah ini dapat memperkuat posisi di kawasan APEC, baik dalam pasar karbon maupun perdagangan digital, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.