SinarHarapan.id – Pemerintah, pengusaha, dan pekerja dari enam negara bertemu di Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 8 April 2025. Mereka membahas strategi untuk meningkatkan keterampilan, menciptakan pekerjaan layak, dan memperluas perlindungan sosial di Asia Pasifik.
Forum tersebut merupakan kerja sama ILO dan Pemerintah Kamboja, bersama mitra dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga: ILO Dorong Bisnis Bertanggung Jawab di Industri Elektronik
Mendorong Aksi Bersama
Acara dua hari ini membahas kebijakan kerja, pendanaan sosial, dan transisi ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Sebagai informasi, peserta berasal dari Indonesia, Kamboja, Filipina, Vietnam, Pakistan, dan Nepal—negara-negara Pathfinder Global Accelerator.
Delegasi Indonesia mencakup perwakilan dari Bappenas, KSBSI, dan Kantor PBB di Indonesia.
Perlindungan Sosial dan Komunitas Rentan
Sementara itu, Deputi Bappenas, Dr. Maliki, menyoroti pentingnya registrasi sosial ekonomi untuk perlindungan sosial adaptif di Indonesia.
Ia juga menekankan transformasi ekonomi melalui pengembangan keterampilan bagi kelompok rentan dan terdampak perubahan iklim.
Selanjutnya, Gita Sabharwal dari PBB Indonesia menegaskan perlunya pembiayaan inovatif untuk menutup kesenjangan perlindungan sosial.
Menurutnya, Indonesia perlu memanfaatkan dinamika pasar tenaga kerja melalui investasi yang tepat.
Serikat Minta Terlibat Aktif
Di sisi lain, Presiden KSBSI, Elly Rosita Silaban, menyuarakan pentingnya keterlibatan serikat pekerja dalam kebijakan Global Accelerator.
“Dialog sosial mutlak demi transisi adil dan perlindungan menyeluruh,” kata Elly dalam forum tersebut.
Lebih lanjut, ia menyebut perundingan bersama sebagai fondasi kebijakan ketenagakerjaan yang berkelanjutan.
Ketegangan dan Tantangan
Dalam pidato kunci, Wakil PM Kamboja, Dr. Aun Pornmoniroth, menyebut forum ini sangat relevan dengan kondisi global saat ini.
Menurutnya, ketidakpastian global mengancam pertumbuhan sosial-ekonomi kawasan dan membutuhkan kerja sama nyata.
Sementara itu, Mia Seppo dari ILO menegaskan bahwa solusi lama tidak lagi cukup.
“Kita butuh kebijakan berani, terintegrasi, dan didukung investasi kuat,” ujarnya.
Kolaborasi Jadi Kunci Sukses
Menteri Tenaga Kerja Kamboja, Heng Sour, mengatakan forum hadir di tengah ketegangan geopolitik dan tantangan pembangunan berkelanjutan.
Di sisi lain, David McLachlan-Karr dari PBB menyebut Global Accelerator sebagai strategi transformatif berbasis kolaborasi.
“Bukan kerja sendiri-sendiri, tapi pendekatan terpadu semua pihak,” katanya.
Pandangan Pengusaha
Perwakilan pengusaha Pakistan, Tahir Javaid Malik, mendorong investasi dalam keterampilan sebagai keunggulan strategis sektor swasta Asia.
Menurutnya, tenaga kerja terampil dan terlindungi mendorong pertumbuhan stabil dan inovatif di perusahaan.
Laporan dan Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut, ILO akan menyusun laporan forum, memuat temuan utama dan rekomendasi kebijakan.
Laporan ini akan membantu negara peserta memperkuat strategi ketenagakerjaan dan sistem perlindungan sosial.
Tentang Global Accelerator
Global Accelerator adalah inisiatif PBB untuk menyelaraskan kebijakan kerja, perlindungan sosial, dan strategi pembiayaan.
Tujuannya adalah menciptakan pertumbuhan inklusif, pekerjaan layak, dan perlindungan sosial bagi semua.
Dengan demikian, negara peserta berharap inisiatif ini mempercepat pencapaian SDGs.