StockReview.id – Dolar AS bergerak stabil dalam perdagangan, Selasa (9/6/2025). Pasar tetap hati-hati karena ketegangan dagang AS-Tiongkok belum mereda.
Selanjutnya, Washington dan Beijing masih melanjutkan dialog penting di London. Investor menunda aksi besar sambil menunggu data inflasi AS minggu ini. Negosiasi ini memasuki hari kedua dengan tensi yang tetap tinggi.
Pembicaraan berlangsung setelah Trump dan Xi Jinping berbicara via telepon. Keduanya mencoba menurunkan ketegangan yang memanas sejak awal tahun.
Baca Juga: Pengamat Ramal Harga Emas Tembus 3.600 Dolar AS/Troy Ounce di 2025
Sejak Januari, kebijakan tarif Trump memperberat hubungan dagang. Kini, pembicaraan mencakup isu baru seperti tanah jarang dan kontrol chip. Mereka juga membahas pembatasan visa pelajar antarnegara. Demikian laporan dari Reuters, Rabu (10/9/2025).
Ketiadaan hasil konkret membuat pelaku pasar menahan posisi. Di jam perdagangan Asia, aktivitas pasar mata uang tampak lesu.
Investor enggan ambil risiko besar tanpa kejelasan hasil perundingan. Dolar AS nyaris tak bergerak terhadap yen di level 144,57. Sementara euro tercatat di $1,1425 pada perdagangan terakhir. Poundsterling naik tipis 0,1 persen dan mencapai $1,3563.
Pasar Skeptis
Charu Chanana dari perusahaan investasi Saxo menilai sikap pasar masih skeptis. “Pernyataan positif belum cukup tanpa kemajuan struktural nyata,” ujarnya.
Meski demikian, perpanjangan dialog bisa beri harapan jangka pendek. Washington dan Beijing ingin menghidupkan gencatan senjata sementara.
Perundingan di Jenewa sempat menenangkan pasar beberapa waktu lalu. Namun kali ini, pembicaraan mencakup isu lebih kompleks.
“Tidak seperti Jenewa, topik sekarang sangat strategis,” kata Chanana. Ia menyebut negosiasi ekspor chip dan tanah jarang sangat krusial. Menurutnya, penyelesaian tidak bisa dicapai dalam hitungan hari.
Masalah jangka panjang memerlukan kompromi dan waktu lebih lama. Karena itu, investor cenderung menahan keputusan besar untuk sementara.
Pasar keuangan merespons dengan kehati-hatian terhadap semua sinyal. Optimisme semu bisa memicu volatilitas jika tak ada hasil konkret.
Chanana menegaskan, kejutan positif sulit terjadi dalam kondisi saat ini. Sikap pasar mencerminkan kewaspadaan terhadap gejolak global.
Ketidakpastian arah kebijakan AS dan Tiongkok menambah tekanan. Trader memantau rilis inflasi AS sebagai petunjuk pergerakan berikutnya.
Sementara itu, pelaku pasar terus mencermati perkembangan diplomasi dagang. Keberhasilan pembicaraan bisa mendorong stabilitas global yang lebih luas.