Dubes RI untuk Kuba, Nana Yuliana, bersama Fungsi Ekonomi KBRI Havana mengadakan pertemuan dengan perwakilan Cuba Nickel Business Group di Kantor Cuba Niquel, Kota Moa, Provinsi Holguin, Selasa (7/ 5). (Foto: KBRI Havana)

SinarHarapan.id – Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba, Nana Yuliana, bersama Fungsi Ekonomi KBRI Havana mengadakan pertemuan dengan perwakilan Cuba Nickel Business Group di Kantor Cuba Niquel, Kota Moa, Provinsi Holguin, Selasa (7/ 5).

Pertemuan tersebut merupakan langkah awal untuk menjajaki kerjasama dalam industri nikel di Kuba, sekaligus mengobservasi rencana pemberian hibah dari Pemerintah Indonesia terkait capacity building di bidang pengolahan dan refinery nikel.

Duta Besar RI disambut Mr. Eder Manuel Oliveros Garcell, Direktur Jenderal Cuba Nickel, serta para Direktur di Cuba Nickel. Turut hadir juga pejabat dari kantor Provinsi Holguin, Mr. Enrique, Pejabat Hubungan Internasional.

Dubes Nana Yuliana bersama Eder Manuel Oliveros Garcell, Direktur Jenderal Cuba Nickel, (Foto: KBRI Havana)

Direktur Jenderal Cuba Nickel, Mr. Eder, menjelaskan latar belakang perusahaan, profil pabrik nikel, termasuk pabrik Che Guevara, pabrik Pedro Sotto Alba (perusahaan patungan dengan Sherritt International dari Kanada).

Mr. Eder juga memaparkan rencana kerja sama potensial dengan perusahaan tambang di Indonesia.

Adapun Duta Besar RI menyampaikan rencana hibah pelatihan di bidang pertambangan dan pengolahan nikel, sesuai permintaan dan kebutuhan dari pihak Kuba.

Cuba Nickel menyampaikan apresiasi atas inisiatif tersebut dan dukungan terhadap rencana hibah tersebut.

Kedua belah pihak menegaskan komitmen memperkuat kerjasama di sektor industri nikel.

Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi titik awal dari kerjasama yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Kuba dalam industri strategis nikel.

Pertemuan diharapkan jadi titik awal kerjasama menguntungkan antara Indonesia dan Kuba dalam industri strategis nikel. (Foto: KBRI Havana)

Indonesia adalah produsen bijih nikel terbesar dunia dengan kapasitas produksi mencapai 560 ribu ton nikel per tahun dan memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia, yaitu sekitar 21 juta ton atau 23,7 persen dari total cadangan bijih nikel global.

Pemerintah Indonesia melarang ekspor bijih nikel mentah sejak 2020 untuk mendorong hilirisasi dan pengolahan nikel di dalam negeri.

Kuba merupakan salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia dengan produksi mencapai 51.000 ton nikel per tahun.

Eksplorasi bijih nikel di Kuba dimulai pada era 1990an. Kuba mengambil strategi yang berbeda dari Indonesia dengan tetap mengekspor bijih nikel mentah ke negara lain.