SinarHarapan.id – Di tengah tantangan kesehatan global yang terus meningkat, dukungan terhadap partisipasi Taiwan dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHA) dan mekanisme Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) semakin menguat, termasuk dari kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Bruce Hung, Perwakilan Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Jakarta, dalam seruannya agar WHO mengundang Taiwan untuk turut serta secara aktif dalam forum kesehatan internasional.
Kesehatan Global Butuh Kolaborasi Tanpa Diskriminasi
Krisis kesehatan publik yang tidak mengenal batas negara menuntut kerja sama lintas wilayah. Taiwan, yang telah berkontribusi secara signifikan dalam berbagai aspek kesehatan. Seperti, jaminan kesehatan universal dan teknologi medis digital, menyatakan kesiapan untuk berbagi pengalaman dengan dunia.
Baca Juga: Taiwan Dorong Akses Kesehatan Setara

Hung menekankan, “Partisipasi Taiwan bukan hanya soal kepentingan nasional, melainkan demi memperkuat jaringan keamanan kesehatan global dan mewujudkan cakupan kesehatan universal WHO.”
Taiwan Tak Pernah Disebut dalam Resolusi PBB
Namun, Taiwan hingga kini masih tidak jadi bagian dari WHO, dengan dalih Resolusi Majelis Umum PBB 2758 dan Resolusi WHA25.1. Padahal, menurut Hung, kedua dokumen tersebut tidak pernah menyebut Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok, maupun memberikan mandat kepada Republik Rakyat Tiongkok untuk mewakili Taiwan di WHO.
“Ketidakterlibatan Taiwan berarti mengabaikan hak kesehatan 23 juta warganya dan menciptakan celah serius dalam respons global terhadap darurat kesehatan,” tegasnya.
Hubungan Erat Indonesia–Taiwan dalam Bidang Kesehatan
Taiwan dan Indonesia menjalin kerja sama erat, termasuk dalam bidang medis. Sekitar 400.000 WNI bekerja dan belajar di Taiwan, sementara lebih dari 20.000 warga Taiwan tinggal dan bekerja di Indonesia. Taiwan telah membangun kolaborasi dengan rumah sakit Indonesia, termasuk pelatihan tenaga medis, pertukaran riset, dan adopsi teknologi seperti rekam medis elektronik serta peralatan medis berbasis kecerdasan buatan.
Hung mengungkapkan bahwa pemerintah Taiwan siap berbagi keahlian dalam pengembangan layanan medis pintar dan sistem jaminan kesehatan untuk mendukung transformasi digital sektor kesehatan Indonesia.
Pandemi Mengajarkan Pentingnya Inklusi
WHO kini tengah meninjau kembali Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) dan merancang Perjanjian Pandemi dalam sidang ke-78. Dalam konteks ini, Hung menyesalkan bahwa Taiwan tidak ikut serta dalam penyusunan kebijakan penting tersebut.
Selama pandemi COVID-19, Taiwan berhasil memanfaatkan kecerdasan buatan dan big data dalam penanganan, serta menyumbangkan alat kesehatan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Hal ini menjadi bukti kontribusi nyata Taiwan terhadap komunitas global.
Imbauan pada WHO dan Dukungan dari Indonesia
Hung menutup pernyataannya dengan seruan kepada WHO dan negara-negara anggota, termasuk Indonesia, untuk mengambil sikap terbuka dan inklusif. Ia meminta penegakkan prinsip profesionalisme dan Taiwan mendapat akses terhadap forum-forum WHO.
“Taiwan siap bekerja sama dengan seluruh dunia demi mewujudkan prinsip WHO. ‘Kesehatan adalah hak asasi manusia mendasar’ dan cita-cita SDGs: ‘No one left behind’,” ujarnya.
Dengan keterlibatan Taiwan, dunia dapat membangun sistem kesehatan yang lebih kuat, responsif, dan inklusif untuk semua.