SinarHarapan.id-Guna meningkatkan ketahanan kesehatan nasional dengan produksi obat buatan dalam negeri, maka hari ini dilakukan groundbreaking pembangunan fasilitas fraksionasi plasma pertama di Indonesia.
Pembangunan pabrik ini merupakan kolaborasi antara PT. Triman bekerjasama dengan GC Biopharma Corp. Korea yang diwakili oleh PT Medquest Mitra Indonesia (MMI) di Indonesia.
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor mendukung pembangunan pabrik ini melalui Keputusan HK.01.07/MENKES/1349/2023, telah ditetapkan PT. Triman sebagai Fasilitas Fraksionasi Plasma. Dengan didirikannya fasilitas fraksionasi plasma ini, diharapkan ketersediaan obat-obatan di Indonesia tidak lagi bergantung pada produk import.
Fraksionasi Plasma adalah pemilahan derivat plasma menjadi produk plasma dengan menerapkan teknologi dalam pengolahan darah.
Produk Plasma, yang selanjutnya disebut Produk Obat Derivat Plasma (PDOB) adalah sediaan jadi hasil fraksionasi plasma yang memiliki khasiat sebagai obat.
“Ini merupakan pabrik ke-5 secara global, dan Indonesia merupakan pasar potensial”, ujar CEO GC Bioparharma, Eun Chul Hoh.(5/12/2023)
Sementara menurut Direktur Utama PT Triman, James Setia Darmawangsa Putra mengatakan, setelah pabrik beroperasi target kami adalah pasar lokal. Dan bahan-bahannya pun buatan lokal.
Rencanya pabrik akan mulai berproduski pada tahun 2027, jadi butuh 2 tahun menyelesaikannya, imbuh James.
Sedangkan menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla, selama ini kita telah menghabiskan Trilyunan rupiah untuk import obat-obatan, karena sangat sulit juga mengumpulkan kantong darah. Saatnya sekarang kita bisa produksi sendiri. Saya minta harga jual obatnya nanti dibawah, lebih murah dari Thailand.
Produk Obat Derivat Plasma antara lain:
Albumin : Mengobati atau mencegah syok pada individu denganluka parah, pendarahan, operasi atau Mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan, dan membantu dalam terbakar, pembuangan cairan selama dialisis.
Immunoglobulin : Penanganan terhadap berbagai kondisi imunodefisiensi dan sejumlah kondisi lainnya yang berkaitan dengan lemahnya pertahanan tubuh seperti pada kondisi autoimun, infeksi, dan inflamasi.
Setelah beroperasi kapasitas prosesnya mencapai 200.000-400.000 liter plasma per tahun, ungkap James.
Dunia membutuhkan puluhan Juta plasma. Bahan baku susah karena bahannya, darah tidak bisa dijual- belikan. Makanya peraturan dan sirkuliasi perlu dimudahkan. Sesekali kita bisa suplai, ekspor plasma ke Dunia, pungkas Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.