SinarHarapan.id – Sebuah investigasi terhadap rantai pasok telur di jaringan kopi ternama menemukan adanya kekejaman serius terhadap hewan dan risiko keamanan pangan bagi masyarakat. Investigasi ini dilakukan di peternakan pemasok telur yang digunakan dalam makanan panggang dan siap saji di seluruh lokasi di Indonesia.

Dana Taborosi dari Perwakilan Equitas, organisasi perlindungan konsumen dan kesejahteraan hewan internasional yang merilis investigasi mengatakan masyarakat dan pelanggan berada dalam risiko pangan dan mengabaikan keejaman serius terhadap hewan dam rantai pasokannya.

“Padahal jaringan kopi internasional ini telah berkomitmen untuk hanya menyediakan telur bebas kandang di gerai di Amerika Serikat dan pasar barat lainnya. Namun terus melayani pelanggan Indonesia dengan produk telur dari peternakan kandang baterai yang kejam dan kotor,” kata Dana Taborosi.

Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dan belasan tim peneliti internasional menemukan bahwa peternakan telur kandang baterai memiliki risiko kontaminasi strain utama salmonella 33 kali lebih besar.

“Kami mengecam keras yang memberikan pelanggannya telur dari ayam kandang baterai di Indonesia padahal produksi telur yang dikurung sangatlah kejam dan tidak aman dan dilarang,” tambah Taborosi.

Produksi telur kandang baterai telah dilarang atau dihapus secara bertahap di lebih dari 30 negara, termasuk seluruh Uni Eropa, Selandia Baru, Inggris, Kanada, dan India. Di AS, banyak negara bagian, termasuk Washington, Oregon, California, Massachusetts, Michigan, dan Rhode Island, juga telah melarang produksi telur kandang baterai atau penjualan telur kandang baterai.

Dana menambahkan rekaman video menunjukkan kotoran yang menutupi kandang dan peralatannya, serta menempel pada badan ayam dan telur. Kotoran juga tampak bertumpuk di sebelah ayam dan telur.

Lalu, ayam mati dibiarkan membusuk di samping ayam petelur yang masih hidup. Bahkan, ayam ditempatkan di kandang kecil yang sempit, menyebabkan bulunya terkelupas, luka-luka, dan kecacatan. Bahkan, hewan liar lainnya dibiarkan memasuki peternakan.