SinarHarapan.id – Indonesia melalui Indonesian AID (Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional/LDKPI) mengirim bantuan vaksin Nigeria sebanyak 1,5 juta dosis vaksin pentavalen senilai total Rp 30,3 M.
“Pengiriman vaksin ini diharapkan akan dapat membantu vaksinasi vaksin pentavalent dosis lengkap untuk lebih dari 500 ribu bayi di Nigeria,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidato saat pelepasan Hibah Vaksin Pentavalent untuk Nigeria di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu, (28/5).
“Pengiriman vaksin pentavalent produksi Biofarma Indonesia ke Nigeria adalah refleksi spirit Bandung refleksi solidaritas, refleksi kebersamaan antara dua negara Global South,” kata Menlu RI.
Indonesia dan negara-negara Afrika sudah berjuang bersama sejak tahun 1955 pada saat Konperensi Asia Afrika diselenggarakan yang hasilkan spirit Bandung.
“Penguatan solidaritas dan kerja sama, termasuk kerja sama ekonomi antara negara-negara Global South, sangat penting artinya. Menjadi lebih penting di tengah situasi dunia yang sangat terbelah,” kata Menlu Retno.
Bantuan dikirimkan dalam dua tahap. Pertama, sebanyak 730.000 dosis vaksin. Adapun pengiriman tahap kedua akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Pengiriman vaksin ke Nigeria ini merupakan langkah awal dari berbagai program melalui LDKPI dari hasil kelolaan endowment fund yang telah dialokasikan sebesar 8 Triliun untuk mendukung diplomasi, khususnya soft diplomacy yang dilakukan Kementerian Luar Negeri ataupun instansi terkait,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada acara yang sama.
Dukungan dalam bentuk vaksin produk PT. Bio Farma tersebut juga tidak terlepas dari upaya Indonesian AID dalam mendorong perluasan pasar produk-produk kesehatan produksi dalam negeri dan mendukung PT Bio Farma untuk mendirikan hub di kawasan Afrika.
Selain mempererat hubungan dan kerja sama bilateral, dukungan tersebut diharapkan juga dapat memajukan perekonomian nasional dengan mendorong perdagangan, membuka perluasan pasar, dan peluang investasi di Nigeria.
Vaksin pentavalen dengan merk dagang Pentabio tersebut diproyeksikan tidak hanya disalurkan, namun juga dapat diproduksi di Nigeria dengan menjalin kemitraan dan transfer teknologi dengan perusahaan setempat.
Kerja sama pembangunan tersebut telah mendorong percepatan registrasi dan izin edar vaksin-vaksin produk PT Bio Farma di NAFDAC Nigeria. Dimana proses registrasi secara normal berlangsung selama lebih dari dua tahun.
“Indonesian AID bukan hanya sekedar memberikan bantuan hibah, namun juga ada misi mendukung kemajuan perekonomian dalam negeri melalui mendorong perdagangan, membuka perluasan pasar internasional bagi pelaku usaha dalam negeri dan membuka peluang investasi,” kata Tormarbulang
Lumbantobing, Direktur Utama LDKPI.
Vaksin Pentavalen sendiri merupakan vaksin kombinasi DTP-HB-Hib yang membantu pencegahan lima penyakit sekaligus, yaitu: difteri, tetanus, pertussis, hepatitis B dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib).
Vaksin Pentavalen memberikan multi respon imun, dimana dengan satu kali suntikan diperoleh kekebalan tubuh terhadap 5 jenis penyakit (Diphtheria, Pertusis, Tetanus, Hepatits B, Haemophilus Influenza tipe B) yang diberikan pada bayi usia 2, 4 dan 6 bulan, sebanyak tiga dosis untuk setiap bayinya.
Izin Edar produk tersebut telah disetujui di Indonesia sejak 2013 dan telah mendapat PQ WHO sejak 2014.
Selanjutnya, untuk Nigeria, yang merupakan negara dengan penduduk terbanyak sekaligus terpadat di benua Afrika. Dengan total populasi sebesar 211 juta penduduk, angka kelahirannya mencapai 7,7 juta bayi per tahun.
Mirisnya, cakupan imunisasi wajib di negara tersebut masih di bawah rata-rata. Negara-negara berpendapatan menengah ke bawah (Low Middle-Income Country) di kawasan Afrika termasuk Nigeria mengalami kesulitan akses dalam mendapatkan vaksin.
Hal itu dikarenakan tingginya harga serta mahalnya biaya produksi dan pengembangan. Hingga kini, negara-negara di Afrika masih bergantung pada
pengadaan vaksin dari UNICEF, Covax Facility dan bantuan negara lain.
Disamping itu, Nigeria merupakan mitra dagang Indonesia yang terbesar kedua di Afrika setelah Afrika Selatan. Lebih dari 15 perusahaan Indonesia yang saat ini beroperasi di Nigeria seperti Indorama, Indofood, Kalbe Farma dan Sayap Mas Utama.
Pabrik mi instan milik Indofood yang didirikan di Nigeria sejak 1995, menjadikannya pabrik pembuatan mi instan terbesar di Afrika.
Kedua negara juga rencananya akan membangun sebuah pabrik gas metana dan pabrik pupuk senilai US$2,5 miliar di Nigeria melalui Pertamina Indonesia dan Nigeria National Petroleum Corporation (NNPC).