SinarHarapan.id-Indonesia, malalui Energy Academy Indonesia (ECADIN) dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) berkolaborasi menyelenggarakan Business Forum bertema “Forging Smart and Sustainable Industry” di Hannover Messe 2024, Jerman, pada tanggal 22 April 2024.

Rangkaian kegiatan ini didukumg oleh PT Pertamina (Persero), merupakan bagian dari pameran industri terbesar di dunia, Hannover Messe, dan menghadirkan berbagai peluang untuk menjalin kolaborasi dan memperkenalkan solusi industri cerdas dan berkelanjutan.

Indonesia Pavilion Business Forum menyajikan platform yang memikat bagi pemangku kepentingan industri. Dalam paparannya, Menteri Agus menggarisbawahi visi ambisius Indonesia untuk memimpin dalam Industri 4.0, yang didasarkan pada fondasi inovasi, teknologi, dan ekonomi berkelanjutan. Beliau menegaskan bahwa untuk meraih tujuan tersebut, Indonesia menempatkan kolaborasi sebagai prioritas utama, memandangnya sebagai kunci untuk mempercepat kemajuan teknologi serta memastikan kelestarian lingkungan.

Menteri Agus menekankan bahwa pencapaian ini akan terwujud melalui kerja sama erat antara pemerintah, pelaku bisnis, baik publik maupun private, lembaga pendidikan tinggi, dan masyarakat luas.

Pada kegiatan pagi ini juga dilakukan empat penandatanganan kerjasama dari berbagai sektor industri dilakukan secara simbolis, antara lain melibatkan Kawasan Industri Pulau Ladi, MARS, ECADIN, TUV NORD, dan lainnya. Hal ini menunjukkan tingginya komitmen dan kolaborasi yang kuat dalam mendorong percepatan kemajuan teknologi dan ekonomi yang berkelanjutan.

Agenda Business Forum sendiri dilakukan dalam dua sesi. Sesi pertama dibuka oleh Desti Alkano, Ph.D., Founder and CEO dari ECADIN. Dalam pembukaannya, Desti menekankan bahwa Indonesia merupakan kekuatan ekonomi terdepan di Asia Tenggara dengan populasi muda yang terus berkembang, tengah bertransformasi dari negara agraris menjadi pemain utama industri. Berkomitmen terhadap keberlanjutan, Indonesia giat meluncurkan berbagai proyek energi bersih dan memposisikan diri sebagai pemimpin dalam teknologi penangkapan karbon, dengan estimasi kapasitas penyimpanan karbon-dioksida geologis terbesar di Asia Tenggara dan memiliki kerangka kerja peraturan CCS yang paling matang di kawasan ini.

“Kami optimis bahwa forum ini akan menghasilkan solusi inovatif dan kolaboratif untuk mencapai masa depan industri yang lebih cerdas, hijau, dan berkelanjutan”, ujar Desti.

Dilanjutkan dengan Inaugural Speech dari Prof. Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Prof Eniya memaparkan strategi ambisius untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060. Pendekatan multi-cabang ini akan fokus pada pengurangan emisi di sektor-sektor utama seperti listrik, transportasi, dan pertanian, serta ekspansi besar-besaran energi terbarukan. Tenaga surya, baik on-grid maupun off-grid, akan menjadi andalan, dengan bioenergi juga dieksplorasi sebagai sumber energi terbarukan yang potensial. Pembangkit listrik tenaga batu bara akan dihapuskan secara bertahap pada tahun 2035.

Lebih lanjut, Prof Eniya menyampaikan bahwa Indonesia berambisi untuk menjadi pusat produksi hidrogen dan amonia ramah lingkungan di dunia, memperkuat peran pentingnya dalam transisi energi bersih global. Untuk mendukung strategi ini, ESDM secara aktif melakukan perbaikan regulasi dan menarik investasi internasional dalam energi terbarukan.

Dalam acara Business Forum, terdapat 6 tema strategis yang menjadi pembahasan. Sesi pertama diawali dengan tema utama “Forging Smart and Sustainable Industry” dan “Women in industry 4.0”. Sementara, Business Forum sesi kedua diawali dengan keynote speech dari Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman. Dalam sambutannya, Arif menyampaikan optimisme terhadap peran Indonesia dalam transisi industri global menuju industri yang cerdas dan berkelanjutan. Beliau juga menyampaikan mengenai urgensi dekarbonisasi di berbagai sektor potensial dimana Indonesia dan Eropa bisa mengambil peran kemitraan strategis untuk mengakselerasikan upaya transisi energi.

Sesi kedua ini fokus pada tiga tema besar, yaitu teknologi untuk industri berkelanjutan dan energi masa depan, serta dekarbonisasi. Dua sesi diskusi panel “How Digital Twins are Driving Sustainable Business” dan membahas tentang pentingnya digitalisasi untuk menunjang percepatan pengambilan keputusan.

Tema energi masa depan dan dekarbonisasi dibahas dalam dua sesi panel diskusi “Fuels of the Future” dan “Decarbonizing Industry through Carbon Capture and Storage”. Para pakar di bidangnya menyoroti pentingnya pengembangan teknologi ramah lingkungan yang sustainable dan mampu menurunkan emisi karbon, di berbagai aplikasi misalnya Carbon Capture and Storage (CCS).