Internasional

Kemlu: Satu Keluarga WNI Berhasil di Evakuasi dari Gaza

×

Kemlu: Satu Keluarga WNI Berhasil di Evakuasi dari Gaza

Sebarkan artikel ini

SinarHarapan.id – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi kembali mengumumkan keberhasilan evakuasi satu keluarga WNI dari Gaza, yang menjadi pusat konflik antara tentara Israel dan kelompok Hamas Palestina.

Keluarga WNI yang terdiri dari Muhammad Husein, kedua anaknya yang juga WNI, serta istrinya yang berkewarganegaraan Palestina berhasil dievakuasi dari Gaza selatan pada Minggu waktu setempat melalui pintu Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

“Sekitar pukul 18.00 WIB, saya memperoleh laporan bahwa mereka berhasil dievakuasi. Saat ini, beliau-beliau ini sudah berada di wilayah Mesir dan sudah bersama dengan tim evakuasi KBRI Mesir,” ujar Retno melalui video pernyataan yang ia kirimkan dari dalam pesawat kepresidenan, ketika mendampingi Presiden Joko Widodo untuk kunjungan kerja ke Washington DC, AS, Minggu (12/11/2023).

Setelah berhasil dikeluarkan dari Gaza, Muhammad Husein dan keluarganya akan dibawa ke Kairo sebelum dipulangkan ke Tanah Air.

Retno menegaskan, bahwa proses evakuasi Muhammad Husein dan keluarganya membutuhkan waktu yang cukup lama, karena isu administrasi.

Kendala yang dihadapi dalam proses evakuasi adalah tidak adanya nama keluarga Husein dalam daftar WNA yang diizinkan dievakuasi dari Gaza, sehingga membutuhkan tambahan waktu untuk proses memasukkan namanya dan seluruh anggota keluarganya ke dalam daftar tersebut.

Begitu nama Husein dan seluruh anggota keluarganya sudah masuk ke dalam daftar, ujar Retno, evakuasi juga belum dapat dilakukan karena pintu perbatasan Rafah tidak dibuka dengan berbagai alasan situasi lapangan.

“Proses panjang itu sekali lagi menunjukkan bahwa proses evakuasi sangat tidak mudah. Namun, upaya kita terus kita lakukan secara maksimal,” kata Retno.

Selama hampir satu pekan terakhir berada di Timur Tengah untuk mengikuti rangkaian acara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Retno mengatakan dirinya terus melakukan komunikasi dengan banyak pihak, untuk memastikan para WNI dalam keadaan baik dan nama-nama mereka segera bisa masuk di dalam daftar evakuasi.

Bahkan, Menlu Retno beberapa kali mendesak agar pintu Rafah bisa dibuka.

Bersamaan dengan itu, tim Kementerian Luar Negeri di bawah komando Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI), Judha Nugraha, juga terus melakukan komunikasi dengan tim evakuasi dari KBRI Kairo yang bertugas di lapangan.

“Tim evakuasi KBRI Kairo juga terus bolak-balik dengan harapan sewaktu-waktu pintu dibuka dan evakuasi dapat dilakukan. Sekali lagi, hanya ada satu kata yang dapat diucapkan: Alhamdullilah,” kata Retno.

Sebelumnya, pada Jumat  (3/11/2023), pemerintah telah berhasil mengevakuasi empat WNI dari Gaza.

Keluarga WNI yang terdiri dari Abdillah Onim, ketiga anaknya yang juga WNI, serta istrinya yang merupakan warga negara Palestina—telah dipulangkan dan tiba di Indonesia pada 6 November 2023.

Sesuai aturan pemerintah Mesir, WNA yang dievakuasi dari Gaza hanya diberi waktu 3×24 jam untuk berada di wilayah Mesir, sebelum dipulangkan atau dipindahkan ke negara lain.

Dalam kesempatan terpisah, seperti dilansi sejumlah sumber, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan,  sedikitnya 11.078 orang tewas, termasuk 4.324 anak-anak, dan 2. 823 wanita sampai Sabtu (11/11/2023).

Selain itu, dilaporkan  sejumlah 27.000 orang lainnya terluka   dan 1270 orang diperkirakan  tertimbun di bawah reruntuhan bangunan di Gaza.

Sementara itu, di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina, korban tewas mencapai 186 orang,  2.100 orang terluka, serta 1.960 orang ditahan oleh Israel.

Sedangkan, jumlah warga Israel yang tewas mencapai sedikitnya 1200 orang, termasuk 333 tentara dan 58 polisi, serta 5. 431 terluka.

Hamas-gerakan Islam dan nasionalisme Palestina yang menentang pendudukan Zionis-telah meluncurkan ribuan roket dari Jalur Gaza ke Israel dan melakukan serangan langsung ke beberapa lokasi di Israel, Sabtu (7/10/2023).

Hamas mengklaim, serangan dengan nama Operasi Badai Al Aqsa itu untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi. Serangan itu juga disebut balasan atas tindakan provokatif Israel terhadap situs suci Masjid Al-Aqsha di Yerusalem (Al Quds), dan terhadap warga Palestina yang ditahan.

Sementara itu, Israel membalas serangan Hamas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi.

Gaza adalah wilayah Palestina yang pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman, sebelum diduduki oleh Inggris dari 1918 hingga 1948, dan Mesir dari tahun 1948 hingga 1967. (atp/infopublik)